HOK Tanzil (9): Pulang di Tengah Malam Buta

Birgitta Ajeng

Penulis

HOK Tanzil (9): Pulang di Tengah Malam Buta

Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Pangumbahan, Jawa Barat, yang dia tulis di Intisari edisi Juli 1980 dengan judul asli "Ke Pangumbahan dengan Kombi-VW untuk Melihat Penyu Laut Bertelur"--Intisari-Online.com -Sebelumnya, kami berniat bermalam di situ dan baru akan pulang setelah terang. Nyamuk dan hawa yang panas memaksa kami untuk langsung pulang saja walaupun dalam gelap-gulita.Pukul 23.00 kami meninggalkan tempat lewat jalan satu-satunya untuk kembali.Beberapa kali saya harus turun dari mobil untuk memilihkan jalan yang terbaik agar kombi tidak terperosok dalam lumpur.Karena pintu samping dibuka lebar dan kami mendapat angin, isteri saya menjadi segar. Kami sampai di Cikarang, di pinggir sungai tepat tengah malam, lebih cepat dari waktu perginya.Ponton ternyata di seberang sungai. Dengan klakson dan lampu kami memanggil orang yang dapat mendatangkannya. Mereka minta upah Rp 2.000 yang kami anggap pantas untuk menyeberangkan kami pada tengah malam buta!Dalam perjalanan selanjutnya saya merebahkan diri dan mencoba tidur. Rembulan yang sisa setengah nampak mulai terbit di timur. Tidak banyak dilaporkan mengenai perjalanan Cikarang-Kiaradua (42 km) yang ditempuh dalam sejam.Putra saya masih sanggup mengemudi, belum mengantuk katanya.KesimpulanJarak antara Pangumbahan dan: Sukabumi (136 km); Pacet: 176 km;Bandung: 234 km:Jakartavia Puncak (260 km), bila melalui Warungkiara.Kalau melalui Bojong Lopan (Jampang Tengah) jarak tadi dikurangi 9 km. Hanya 16 km terakhir dari Cikarang, jalan tidak beraspal, berupa batu dan tanah. Pada waktu hujan akan lebih sulit dilalui.Semua keperluan harus dibawa sendiri karena tidak ada tempat untuk memperolehnya. Perjalanan yang berat ini tidak 'dianjurkan' sebagai suatu piknik santai.Untuk orang yang berbadan rapuh agar badan tidak rontok sebaiknya tidur saja di rumah!Isteri saya katanya kapok! (Ucapan ini selalu dikeluarkan setelah bepergian, tetapi ditinggal bila hendak pergi).Kemudian dipilih jalan pulang lain: yaitu yang 9 km lebih pendek, melalui Lengkong, Bojong Lopan (Jampang Tengah), Cikembar ke Sukabumi yang jaraknya 71 km. (Bila melalui Warungsimpang dan Warungkiara ke Sukabumi: 80 km).Jalan yang pertama kali kami lewati ini ternyata baik sekali hanya lebih sempit (kelas III). Di tengah jalan kami terpaksa berhenti untuk membuang makanan yang menjadi basi sampai memeningkan kepala. Cassette tak pernah dibunyikan karena suaranya toh kalah nyaring dengan bunyi panci, kaleng dan botol yang beradu!Pukul 04.20 sampailah kami di Sukabumi. Di depan pasar isteri saya berbelanja apa saja yang diperlukan yang katanya lebih murah. Langsung ia menjadi segar!Tepat pukul 05.30 tibalah kami di rumah (Pacet) setelah 21 jam dengan merasa letih dan ngantuk tapi puas karena berhasil melihat sesuatu yang dikehendaki!