HOK Tanzil Keliling Lombok dan Madura (1) : Menuju Lombok

Birgitta Ajeng

Penulis

HOK Tanzil Keliling Lombok dan Madura (1) : Menuju Lombok

Intisari-Online.com -Angan-angan Hok Tanzil agar suatu waktu berkelana dengan mobil ke pulau Lombok, yang memang belum pernah dikunjunginya, akhirnya terlaksana pada perjalanan ini.--Sebelumnya, sering saya mencari keterangan dari kenalan dan kawan yang sudah pernah ke Lombok tentang segala hal yang dapat membantu perjalanan dan yang patut dilihat.Salah seorang diantaranya, Bapak Drs. Pranoto Notoatmojo, "Head of Foreign Aid Administration Unit Directorate Planning and Programming", Direktorat Bina Program Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, memberi surat pengantar yang ditujukan kepada Pimpinan Dinasnya, Ir. Latul Kadari, di Mataram, Lombok, agar suka membantu kami melihat pelbagai obyek pariwisata.Juga diketahui adanya ferry tetap yang menghubungi Padangbai (Bali) dan Lembar (Lombok) dua kali sehari yang dapat mengangkut mobil.Dari pelbagai pihak diperoleh cerita bahwa waktu ini (bulan Januari) ada angin barat dengan ombak besar sehingga pelayaran penyeberangan yang biasanya berlangsung 3-4 jam menjadi sampai 6 jam!Mendengar kabar-kabar yang tidak menyenangkannya, istri saya merasa was-was tiap kali saya menyebut niat ke Lombok dengan ferry. Melihat laut saja sudah dapat membuatnya mabuk dan mulai menggosok dahinya dengan menthol yang tak pernah ditinggalkannya.Akhirnya sewaktu kami berada di Bali, diperoleh keterangan bahwa ombak di selat Lombok cukup besar dan dianjurkan untuk naik pesawat udara saja ke pulau itu. Nasehat ini membesarkan hati istri saya. Atas desakannya yang terus-menerus terpaksa saya mengalah. Keberatan saya naik pesawat udara ialah nantinya di Lombok tak mempunyai kendaraan sendiri atau di mana dapat menitipkan mobil di Bali dengan aman!Setelah melihat Trunyan, sorenya kami ke airport Ngurah Rai untuk memperoleh keterangan.Tiap hari ada 2 pesawat GIA: Ngurah Rai - Ampenan p.p., yaitu pk. 07.00 dan 13.35. Saya dibantu oleh seorang petugas GlA, membeli ticket p.p. untuk esok.Paginya, yang di-"OK" walaupun loket sudah tutup. Rupanya nama saya melalui majalah Intisari ikut menolong lagi! Biaya trip sekali jalan adalah Rp. 8000. Seluruhnya saya bayar Rp. 2.300,—.Sebelumnya saya hubungi Pos Polisi, Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan B1A, yang letaknya tepat di depan Bali International Airport Ngurah Rai.Kepada Bapak petugas di pos itu saya utarakan maksud saya untuk menitipkan mobil agar aman selama kami ke Lombok. Permohonan saya disetujui sehingga esok paginya saya dapat melakukannya bila ke Lombok.Karena harus "chek-in" 2 jam sebelum "take-off" pukul 7 pagi, kami mencari sebuah hotel di Kuta, yaitu SBH lagi dengan sewa senilai US$ 30 ditambah tax 10%. Kami dapat menyegarkan badan dan tidur dengan nyenyak, berbeda dengan sewaktu berada di penginapan di Kintamani sebelumnya.Esok paginya pukul 05.15 kami ke Pos Polisi untuk menitipkan mobil, dengan memperoleh surat tanda bukti. Kecuali 2 buah travelbag yang kami bawa, semua sisanya ditinggal dalam mobil yarig dikunci.Setelah "chek-in" harus membayar "airport tax" dan assuransi, masing-masing Rp. 1000 dan Rp. 300.Pukul 07.00 flight GA 646 sebuah Fokkter 28, meninggalkan landasan Ngurah Rai.--Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat mengelilingi Lombok dan Madura yang dia tulis di Majalah Intisari edisi Mei 1981 dengan judul asli "Keliling Lombok dan Madura".