Mengintip Indahnya Morotai dari Pulai Ansai

Ade Sulaeman

Penulis

Mengintip Indahnya Morotai dari Pulai Ansai

Intisari-Online.com - Perahu motor sepanjang sekitar 10 meter dari fiber yang kami tumpangi melaju pelan meninggalkan pelabuhan di Daruba, Pulau Morotai, Maluku Utara, pertengahan Juni lalu.

Di depan, terlihat dua pulau di tengah laut. Perahu kami pun mengarah ke pulau pertama, yang disebut warga sebagai Pulau Ansai.

Berkunjung ke Morotai yang terletak di bibir Pasifik tak lengkap katanya jika tak berkunjung ke tiga pulau kecil lainnya.

Selain Pulau Ansai, ada Pulau Zumzum dan Pulau Dodola. Ketiga pulau itu menjadi daya tarik wisata karena keunikan alam dan sejarahnya.

”Pulau Ansai ini menjadi tempat ribuan kalong tidur kalau siang,” kata Muhlis Eso (33), warga Morotai yang memandu kami.

Sekitar 15 menit dari Morotai, perahu sampai di Pulau Ansai. Dengan susah payah, Abdul Khair, juru mudi, mencoba mengarahkan perahu untuk berlabuh di pulau itu.

Namun, perahu tidak bisa merapat karena bisa kandas. Ketiadaan dermaga membuat kami harus memanfaatkan sebuah bekas perahu kayu yang kandas di tempat itu.

Setelah berhasil mendarat, kami bergegas masuk ke pulau. Kebun pala menyambut. Kami menerobos semak belukar demi melihat rombongan kalong yang menggantung di pohon-pohon yang mengelilingi pulau.

Muhlis memimpin masuk ke hutan mangrove, mencari pohon tempat kalong beristirahat. Celana yang kami pakai penuh dengan rumput jarum, membuat kulit kaki gatal.

Setelah berjalan sekitar 1 kilometer menerobos semak dan pepohonan, tak terlihat seekor pun kalong yang menggelantung di pepohonan.

”Hoooiiii!” Muhlis berteriak sekuat tenaga, berusaha membangunkan kalong yang barangkali tertidur di salah satu pepohonan hutan mangrove yang rimbun itu. Tak ada yang terbang, bahkan burung pun tampak tak peduli dengan teriakan itu.

”Mungkin sudah pergi semua ke Halmahera. Biasanya kalau di Morotai lagi musim buah, kalong pada berkumpul di sini,” ujar Muhlis.

Setelah sekitar setengah jam mencari kalong tanpa membuahkan hasil, kami pun menyerah. "Oke, sekarang kita ke tujuan berikutnya, Pulau Zumzum," ajak Muhlis. (Prasetyo Eko P/M Fajar Martha / KOMPAS)