Find Us On Social Media :

Menengok Kampung TKI di Malang

By Moh Habib Asyhad, Senin, 21 Oktober 2013 | 05:00 WIB

Menengok Kampung TKI di Malang

Intisari-Online.com - Sekira tahun 1985, warga desa ini berbondong-bondong keluar negeri. Bukan menjadi diplomat atau tengah melakukan kunjungan kerja, tetapi sebagai TKI alias Tenaga Kerja Indonesia. Sejak saat itu, kondisi ekonomi desa yang sebelumnya karut marut itu, berubah total. 

Dolar-dolar Hongkong benar-benar telah mengubah wajah desa ini. Banyak toko berjejer, jalan sudah beraspal, rumah-rumah juga berdiri megah.

Desa tersebut adalah Desa Arjowilangun, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang. Jika kesulitan mencari letak persis desa ini, ia terletak delapan kilometer sebelah selatan Bendungan Karangkates yang cukup kesohor. Lebih dari 13 ribu jiwa tinggal di desa di Malang Selatan ini.

Pertengahan 1980-an seolah menjadi titik balik kehidupan masyarakat di Desa Arjowilangun. Beberapa warga memutuskan untuk merantau ke Arab Saudi. 1997 tujuan merantau berubah, tidak hanya ke Arab, Hongkong, Korea Selatan, dan Taiwan juga dirambah.

Bagaimana tidak tergiur, bekerja sebagai TKI mereka bisa meraup penghasilan 5-7 juta perbulan. Ada juga yang bisa mendapat lebih dari itu, tergantung jenis pekerjaannya.

Fenomenan ini tentu saja sukses mengubah wajah desa. Menurut Kusmiyati, seperti yang dilansir Kompas, sebelum menjadi TKI, masih banyak rumah yang berdinging bambu, jalan tidak beraspal, dan konon masyarakat masih memakan tiwul. “Sekarang sudah berubah, sudah jarang yang makan tiwul,” tambah matan TKI Hongkong ini.

Berharap anak tidak jadi TKI

Tidak selamanya TKI menjadi gantungan hidup utama desa ini. Para eks-TKI bahkan dengan tegas mengatakan biar dirinya saja yang menjadi TKI, anak-anaknya jangan.

“Pendatapat bekerja di luar negeri memang menggiurkan, tapi sangat berat. Harus jauh dari keluarga, belum lagi kalau mendapat majikan yang jahat, pasti akan semakin berat,” ujar Istatik yang pernah menjadi TKI di Hongkong.

Untuk itu, para TKI ini tengah gencar-gencanya mendirikan toko di desa. Ada juga yang berinvestasi membeli tanah. Selain itu, mantan TKI juga membangun Koperasi Senang Hati yang tujuannya untuk membantu para mantan TKI membuka usaha di desa.