Find Us On Social Media :

HOK Tanzil ke Eropa (4) : Nonton Pasar Malam

By Birgitta Ajeng, Minggu, 17 November 2013 | 13:00 WIB

HOK Tanzil ke Eropa (4) : Nonton Pasar Malam

Intisari-Online.com - Kini mulailah perjalanan kami bermobil di DDR. Baru berjalan kira-kira 20 km terdapat sebuah pos. Paspor kami diperiksa, dan saya harus memperbaiki lampu yang mati. Dalam gelap dengan lampu yang tidak terang, setelah 75 menit tibalah di kota Wismar. Karena sudah lelah saya segan ke bengkel mobil. Langsung kami ke Hotel Wismar, sebuah gedung tua. Seorang ibu tua menerima kami. la sudah menunggu.Paspor kami diminta dan ia mengisi daftar khusus untuk tiap tamu. Barulah kami diantarkan ke sebuah kamar yang sangat sederhana tanpa WC, sedangkan air pancuran untuk mandi rusak dan keran tanpa air panas! Kami kecewa dengan sewa lebih dari $20. Yang ada hanya pemanasan dan sebuah radio kotak. Secara kebetulan saya dapat mendengarkan "Voice of America".Waktu saya tanya apakah kami dapat memesan makanan, kami dipersilakan ke Hotel-Restoran Konsum, katanya sudah dipesankan tempat. Walaupun letaknya hanya beberapa kilometer, saya tersesat karena jalan-jalan semua satu jurusan. Saya menanyakan jalan kepada seorang perwira, ternyata ia seorang perwira Rusia yang tak dapat berbahasa Jerman.Setelah berhasil menemukan restoran, saya harus parkir mobil beberapa ratus meter letak dari situ, karena kebetulan di depan restoran ada Pasar Malam.Restoran banyak pengunjungnya. Untuk kami berdua telah disediakan sebuah meja dengan tanda "dipesan". Waktu ada orang lain datang hendak duduk bersama di meja kami, pelayan melarangnya. Dari daftar makanan kami pesan makanan yang paling mahal. Semacam bistik yang paling tinggi harganya: 4.50 Mark (cuma sekitar Rp. 900,-). Malam itu kami habis cuma 11.65 Mark Jerman Timur. Sisa uang yang harus dihabiskan masih kira-kira 24 Mark.Setelah makan kami masih berkesempatan melihat Pasar Malam. Suhu 3°C. Tidak tampak banyak pengunjung. Banyak stand sudah tutup walaupun masih jam 8 malam. Yang masih buka, ialah, korsel, stand untuk menembak, stand loterei berhadiah.Semuanya sangat sederhana, dan sekali main taripnya 10-20 pfennig (+ Rp. 20 - 40). Semuanya tampaknya seperti keramaian di desa kita. Bila melihat pakaian mereka, nampak sekali kesederhanaannya. Jarang yang berdasi. Kerapian pun tidak nampak seperti di Barat.Malam itu kami tidur kurang pulas di Hotel Wismar. Jam 7 pagi kami hanya cuci muka karena air panas tidak ada dan pancuran air rusak! Walaupun makan pagi sudah termasuk ongkos hotel, karena tempatnya lain, kami segan kesana. Kami lanjutkan saja perjalanan setelah meminta paspor kami kembali dari kantor.--Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat mengelilingi Eropa yang ditulis di Majalah Intisari edisi April 1978 dengan judul asli "Pengalaman Bermobil di Beberapa Negara Eropa Timur ".-bersambung-