Find Us On Social Media :

HOK Tanzil ke Eropa (5) : Papan Semboyan Persahabatan Jerman Timur-Uni Sovyet

By Birgitta Ajeng, Minggu, 17 November 2013 | 14:00 WIB

HOK Tanzil ke Eropa (5) : Papan Semboyan Persahabatan Jerman Timur-Uni Sovyet

Intisari-Online.com - Jam 7.30 pagi masih gelap. Sebagai pedoman keluar Jerman Timur, kami mengikuti jalanan transit No. 105 (Hanya di negara ini saja ada sebutan jalanan "transit"), menuju Rostock, sebuah kota besar selanjutnya. Pada tiap simpangan jalanan ini selalu nampak pada sebuah papan yang sangat lebar, jurusan jalanan "transit" No. 105, sehingga mencegah kemungkinan tersesat.Secara santai kami menujuRostock. Karena terlalu memusatkan perhatian pada jalanan "transit" No. 105, maka kami mengarahStralsundyang ternyata menyebabkan perjalanan ke Polandia lebih jauh. Hal ini tidak mengecewakan kami, karena dengan demikian dapat melihat-lihat lebih banyak.Kota yang dilalui selanjutnya Greifswald, Jarmen, Neubrandonburg, Prenzlau, Gramzow dan melalui Autobahn ke Pornellen sampai perbatasan Jerman Timur dan Polandia.Di DDR ini saya menempuh 393 km. Jalan cukup baik. Jalan di Jerman Barat yang tepinya selalu bergaris putih, tidak demikian halnya di Jerman Timur. Lagi pula jalanan tak padat. Sedikit sekali nampak mobil perorangan yang umumnya kecil dan tidak baru. Truk dan traktor para petani sering melambatkan perjalanan kami.Pada umumnya rumah-rumah yang berada di pinggir jalan, kurang terawat; demikian juga pekarangan-pekarangan. Yang tampak ada kemajuan ialah bahwa jendela kaca rumah-rumah dihias dengan kain gorden, walaupun tak mewah. Sembilan tahun yang lalu kami banyak melihat kaca-kaca jendela ditutup dengan kertas koran!Papan-papan bertulis semboyan-semboyan masih nampak, terutama di batas-batas desa dan kota. Banyak sekali tampak yang menunjukkan persahabatan Jerman Timur dengan Uni Sovyet; gambar Lenin tercantum dengan tulisan 1917 - 1977; angka-angka naiknya produksi. Bila kelihatan ada bangunan/rumah yang terawat baik, maka pastilah itu gedung pemerintah/pejabat.Karena kami harus menghabiskan sisa uang Mark Jerman Timur, maka saya beli bensin. Karena membelinya dengan mata uang itu, harganya, DM 1.65 seliter (330 per liter!: harga bensin termahal yang saya ketahui!). Untuk makan pagi kami membeli 10 buah roti khas Jerman (Brotchen) yang harganya DM 0.50 (hanya Rp.10,- per buah!).Kami memakannya dengan isi makanan kaleng yang dibeli di Jerman Barat. Alat-alat dan bahan masak yang telah tersedia tidak dapat dimanfaatkan karena suhu berkisar antara -2° sampai 0°C, cuaca mendung dan berangin. Kami sudah menduga bahwa bahan makanan yang kami beli di Jerman Barat akan sangat menolong. Kami lihat barang-barang dalam toko-toko di Jerman Timur sangat sederhana; susunannya dalam etalasepun seperti di desa-desa kita.Dalam etape terakhir dari Granzow sampai perbatasan yang berjarak 34 km melalui Autobahn kami hanya bertemu 2 buah kendaraan yang berlawanan arah!--Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat mengelilingi Eropa yang ditulis di Majalah Intisari edisi April 1978 dengan judul asli "Pengalaman Bermobil di Beberapa Negara Eropa Timur ".-bersambung-