HOK Tanzil ke Eropa (8) : Cerita Tentang Korban Nazi

Birgitta Ajeng

Penulis

HOK Tanzil ke Eropa (8) : Cerita Tentang Korban Nazi

Intisari-Online.com -Malam itu kami makan di restorannya. Karena nona pelayan tak memahami kami, sedangkan kami tak mengerti menu bahasa Polandia, ia memanggilkan pemimpin restoran, yang dapat berbahasa Inggris dan Jerman. Ia ramah sekali dan berusaha keras untuk memenuhi keinginan kami walaupun tak tercantum dalam menu. Seraya menunggu makanan, saya persilakan ia duduk di meja kami sambil bercakap-cakap.Ia cukup mengetahui tentang kota Cieszyn, kota kelahirannya. Sewaktu perang dunia, lebih seratus orang, termasuk wanita dan anak-anak dibunuh oleh Nazi Jerman. Hingga kini ia tidak melupakannya dan tidak dapat ia maafkan. Ia bahkan memberi kartu alamatnya serta nomor telepon, agar menghubunginya bila lain kali datang ke Polandia lagi. Makan berdua hanya menghabiskan hampir $ 3.Malam itu saya dapat tidur nyenyak setelah mendengarkan musik dari radio Warszawa yang memutar piringan-piringan hitam dari Amerika Serikat! Makan pagi berupa roti dengan telur dan sosis serta air teh untuk kami berdua hanya $2 Mr. Tomica Antoni, datang di meja kami, memberi saya beberapa kartu pos mengenai kotanya, Cieszyn dan untuk isteri saya yang diabetik, ia memberi gula-gula serta coklat yang diterima dengan senang hati, karena memang kegemarannya. Sebelum berpisah saya memberi kartu nama dengan alamat dan mempersilakannya menulisi saya bila suatu waktu ia akan ke Indonesia.Setelah meninggalkan hotel saya membeli bon bensin di biro perjalanan Orbis untuk memenuhkan tangki agar bisa sampai di Austria tanpa mengisi di Cekoslowakia. Langsung kami ke perbatasan PL – CS yang masih terletak di tempat keramaian kota. Di Polandia ini menurut catatan, saya mengendarai mobil sejauh 1440 km. Waktu menunjukkan jam 9 pagi dan suhu - 5°C. Ternyata di depan kami sudah ada kira-kira 20 mobil yang berhenti menunggu giliran masuk daerah pemeriksaan yang diberi palang. Tiap kali, hanya 4 mobil yang diijinkan masuk sekaligus. Nyatanya lambat sekali kami maju.Selama dua jam menunggu giliran suhu dalam mobil dari hawa sejuk menjadi 10°C. Mobil kecil ini, walaupun mesinnya dihidupkan, bila tidak dijalankan, panas mesin tidak masuk ke dalam.--Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat mengelilingiEropa yang ditulis di Majalah Intisariedisi April 1978dengan judul asli "Pengalaman Bermobil di Beberapa Negara Eropa Timur ".-bersambung-