Find Us On Social Media :

HOK Tanzil ke Eropa (9-Habis) : Pejabat Dua Negara Ada di Satu Kantor

By Birgitta Ajeng, Minggu, 17 November 2013 | 18:00 WIB

HOK Tanzil ke Eropa (9-Habis) : Pejabat Dua Negara Ada di Satu Kantor

Intisari-Online.com - Waktu itu kami mengalami kejadian yang agak lucu juga. Sebarisan anak sekolah usia sekitar 10 tahun, dipimpin oleh seorang guru melewati barisan mobil yang antre. Ketika bocah-bocah itu melihat kami (orang Asia), mereka saling berbisik tanpa mengalihkan mata dari kami. Bahkan setelah melewati kami, banyak anak berbaris dengan mundur sambil mengawasi kami, sampai beberapa anak keluar barisannya sehingga ditegur gurunya! Rupanya kami ini dianggap mahluk aneh!Setelah giliran kami tiba untuk diperiksa, mobil kami yang berasal dari negara non-komunis (NL), begitu juga yang pakai tanda F (Perancis) dan D (Jerman) dipisahkan dari kendaraan lain yang bertanda PL Polandia dan CS (Cekoslowakia). Ketiga mobil asing ini diperiksa, tapi tidak begitu ketat seperti di Jerman Timur.Untuk pemeriksaan paspor dan visa kami harus masuk sebuah kantor. Para pejabat duduk di belakang meja panjang. Pertama bagian imigrasi yang kinui mencap visa Polandia dalam paspor dan menahan kopi terakhir berfoto sebagai bukti bahwa kami telah meninggalkan negara itu. Lalu tiba giliran douanenya yang meminta surat perihal keuangan yang dilihatnya sepintas lalu.Saya sudah siap merogo saku-dalam untuk mengeluarkan dan menghitung uang di depannya, dan sedia catatan untuk mempertanggungjawabkan selisih $6 buat bensin tanpa bukti! Nyatanya saya diharuskan ke para pejabat di belakang sebuah meja lain yang berada di belakangnya. Ternyata mereka ini adalah para pejabat imigrasi dan douane Cekoslowakia. Rupanya di perbatasan antara dua negara komunis, para pejabat kedua negara berkantor satu: sangat efisien, ekonomis dan lebih mudah pengontrolannya terhadap penyelundup!Pikiran serakah saya timbul: "Kalau saya tahu tidak akan dilakukan pemeriksaan keuangan tentu saya akan menukarkan uang secara gelap yang bernilai hampir empat kali."Dalam setengah jam urusan meninggalkan Polandia dan masuk Cekoslowakia telah selesai.Mengingat pengalaman kami terdahulu bagaimana jelimetnya memperoleh kamar hotel di Praha, maka kali ini (lawatan ke tiga kalinya di negara ini) hanya melakukan perjalanan transit saja melaluiBrno, langsung ke Austria.Waktu itu (1968) kami tidak dapat secara langsung memperoleh kamar di sebuah hotel. Kami harus ke biro perjalanan pemerintah (Cedok) yang mengurus penginapan untuk para turis. DengansuratCedok barulah ke hotel yang ditunjuk. Hal ini telah kami alami kali ini di Jerman Timur.Dari perbatasan dengan santai saya mengendarai mobil melalui jalan E (ropa) 7 di daerah penggunungan yang cantik, putih karena es dan salju dengan pohon-pohon cemara dan sewaktu-waktu melihat rumah tani yang mungil. Matahari bersinar terang dan suhu 4°C. Hal ini terjadi sampai Olomouc, sebuah kota cukup besar. Yang khas di negara ini ialah banyaknya terpancang pengeras suara di tempat-tempat strategis. Tidak ketinggalan papan-papan semboyan.Setelah itu cuaca memburuk, mendung dan hujan. Sampai di Brno jam 15.00. Sambil mencari hotel/penginapan di pinggir jalan tanpa hasil. Kami meneruskan perjalanan sampai kota perbatasan Mikulov. Dalam gelap dan hujan disertai lampu mobil yang setengah mati, kami sesat karena tidak melihat tanda penunjuk jalan. Setelah terlanjur sejauh 6 km saya baru menyadari kekhilafan saya. Lalu baru kembali lagi ke Mikulov untuk mencari jalan benar ke pos perbatasan.Sampai disini jam 18.45 dan salju turun.Adasebuah mobilAustriadi depan saya. Pemeriksaan paspor dan visa agak lama dan cermat. Begitu pula pemeriksaan mobil oleh douane. Maklumlah di perbatasan antara negara komunis dan nonkomunis hal semacam itu selalu terjadi. Kemungkinan penyelundupan orang komunis ke negara bebas kerap kali terjadi. Kap mobil saya dibuka lagi, juga bagasi yang kecil itu.Selama sejam di pos Cekoslowakia, barulah pemeriksaan selesai dan boleh meneruskan perjalanan. Kira-kira 100 meter kemudian seorang prajurit penjaga mengangkat palang jalanan agar kami dapat keluar CS. "Daerah tak bertuan" kira-kira 300 meter, lalu sampailah kami di pos Austria yang terang benderang pada jam 19.30. Setelah visa Austria kami dicap, selesailah sudah. Masih di daerah perbatasan terdapat sebuah kiosk kecil yang menjual buku-buku, majalah, rokok dan Iain-lain yang bertindak juga sebagai tempat tukar uang.Setelah menukar uang ( FI 1 = Sh (illing) 6.52; Sh. 1 = sekitar Rp. 27) saya tanyakan adakah hotel terdekat? Langsung diteleponkan Hotel akan kedatangan kami. Jarak dari situ ke Hotel Mayer itu di Drasenhofen hanya 2-3 km. Melihat desa sekecil itu dengan rumah-rumah dan toko-toko yang rapi dan terawat walaupun sudah tutup), rasanya segar dan kami merasa lega serta merdeka.Pemilik hotel sudah menunggu di pinggir jalan dan memberi isyarat agar mobil langsung masuk gangnya untuk parkir.Malam itu kami tidur dengan puas dan nyenyak, setelah menyelesaikan perjalanan di DDR, PL dan CS dengan selamat untuk kedua kalinya.Kesan-kesanNampak ada kemajuan di negara-negara Timur ini dalam bidang ekonomis dalam 9 tahun, namun tidak sepesat seperti di negara kita atau Barat.Fasilitas kepariwisataan kurang sekali. Peraturan dan pemeriksaan yang ketat di perbatasan sangat menghambat turisme. Biaya hotel umumnya lebih mahal. Untuk tarip yang sama diperoleh fasilitas lebih baik di Barat. Harga barang makanan murah (sekali). Harga bensin resmi untuk para turis murah.Sebagai manusia, orang komunis tidak berbeda dalam soal keramah-tamahan. Di antara tiga negara komunis ini, Polandia paling mengesankan.--Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat mengelilingi Eropa yang ditulis di Majalah Intisari edisi April 1978 dengan judul asli "Pengalaman Bermobil di Beberapa Negara Eropa Timur ".-Selesai-