HOK Tanzil ke Chili (3) : Pemerintah Bikin Negara Miskin

Birgitta Ajeng

Penulis

HOK Tanzil ke Chili (3) : Pemerintah Bikin Negara Miskin

Intisari-Online.com -Esok paginya kami ditelepon oleh Signor Dominguez (nama keluarga orang Amerika Latin adalah nama yang disebut kedua dari akhir; nama yang terakhir adalah nama keluarga ibunya), "bahwa ia akan menjemput malamnya pukul 18.30.Memang tepat pada jam yang telah ditentukan ia dan isterinya datang menjemput kami dengan sebuah mobil Citroen Dyane 6 yang dikemudikan sendiri. Mobil kecil ini memang cukup luas untuk kami berempat.Kami lewat daerah yang ramai dan terang benderang. Jalan Thamrin dan jalan Sudirman kita jauh kalah dari jalan Alameda O'Higgins'. Kota ini tampak modern. Setelah sejam sampailah kami di rumahnya di daerah Vitacura, seperti Menteng jalan samping.Pertama kami diajak melihat-lihat kediamannya sambil mereka bercerita mengenai keluarga mereka. Luas tanahnya 600 m2 ditanami rumput dan beberapa pohon pinus yang disusun rapi. Ada sebuah kolam renang kecil berbentuk telur.Rumahnya bagian belakang bertingkat dua, ada dua buah kamar anak-anaknya yang penuh dengan foto-foto putra-putranya. Ketika kami berada di kamar ini nyonya rumah di bawah mempersiapkan makanan dan minuman.Dengan terharu Mr. D. bercerita sambil menunjuk sebuah foto keluarga di dinding, terdiri dari suami isteri D, dengan 4 orang putranya. Ternyata dua anak yang termuda telah meninggal akibat kecelakaan lalu lintas hampir setahun sebelumnya. Sang ibu masih belum pulih dari kedukaannya. Sang ayah memesan kami agar jangan menyinggung soal itu.Dua anak laki-lakinya yang lain saat itu sedang belajar di Jerman, sehingga di rumah itu hanya tinggal mereka berdua saja.Malam itu selain kami berdua diundangnya juga kompanyonnya, yang nampak dan berkelakuan lucu tapi sayang hanya dapat berbahasa Spanyol. Mereka ternyata mempunyai sebuah perusahaan pembuat mainan anak-anak. Mereka sudah beberapa kali ke Jepang melaluiBangkokuntuk urusan perusahaan.Dari percakapan saya mendapat kesan, bahwa mereka mengeluh, merasa was-was dan takut pada rezim yang sedang berkuasa. Katanya, tanpa proses orang dapat "dicomot" dan "hilang" saja.Mereka kecewa dengan keadaan di Chili. Katanya, dalam waktu 3 tahun pemerintah baru membuat negara menjadi miskin, ekonominya makin mundur, inflasi 10% sebulan. Bila meminjam uang bunganya 13% sebulan (mengingatkan saya pada keadaan jaman Orla). Harga bensin Rp.106,- - Rp.132,- (Indonesiawaktu itu Rp.70,- seliter). Diceritakannya, banyak orang kurang makan dan harus menghemat, seperti yang dilakukannya. Sebuah VW kodok harganya $ 12.000,-Memang di jalan yang lebar-lebar, kurang jumlah mobil bila dibandingkan dengan negara lain. Modelnya pun banyak yang tua, buatan 1928-1960 atau yang kecil.Di Chili waktu itu ada jam malam dan orang paling takut terhadap polisi-militer. Ternyata ayah mertua Mr. D juga seorang pensiunan guru besar dalam bidang kedokteran, yang tinggal di luarkota. Kecuali itu, almarhum ayah sang professor pernah menjabat Presiden Chili.Kebiasaan makan malam lambatJam sudah menunjukkan pukul 21.00 dan dalam hati bertanya apakah kami ini diundang makan, karena perut saya sudah keroncongan. Tampaknya belum ada tanda-tanda akan makan malam, sehingga kami sudah hendak pamit, sewaktu tuan rumah berdiri mengajak kami ke dapur pukul 21.30 itu (rupanya suatu kebiasaan makan malam lambat). Di ruang yang kecil tapi berperIengkapan modern itu Mr. D mendemonstrasikan membuat "steak" yang memang saya gemari.Sambil makan saya usulkan, jika mereka tidak berkeberatan, kami akan menjamu mereka esok malamnya. Isteri saya bersedia memasak. Direncanakan untuk makan bersama sejumlah 10 orang.Setelah mengobrol sampai pukul setengah duabelas, kami diantarkan pulang ke hotel. Tampak di jalan sepi sekali. Maklumlah jam malam mulai tengah malam.Esoknya kami ke sebuah supermercado (supermarket), berbelanja buat memasak hidangan nanti malam.--Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Chiliyang ditulis di Majalah Intisariedisi Juni 1980dengan judul asli "Warga Indonesia Tak Perlu Visa Masuk Chili".-bersambung-