Penulis
Intisari-Online.com -Saat itu Mr. D belum pulang dari kantor. Kepada Nyonya rumah kami sudah menelepon akan datang lebih pagi untuk menyiapkan masakan. Langsung kami dibawa ke dapurnya dan ditunjukkan tempat alat-alat dapur dan sebagainya yang mungkin diperlukan.Saya persilakan Signora D yang sendirian melanjutkan kesibukannya sendiri, sedangkan isteri saya siap mengolah 5 macam hidangan dan nasinya dengan saya sebagai asisten. Terus terang, saat itu untuk pertama kali dalam hidup saya menjadi pembantu koki.Yang akan diolah adalah: ayam goreng udang ca champignon, daging sapi ca paprika, Ko Lo Bak (daging babi saus asam-manis) dan nasi goreng. Karena musim dingin maka jenis sayuran kurang.Saya ditugaskan menggoreng potongan daging babi. Sudah dapat diterka gorengannya gosong! Tak lama kemudian tuan rumah dan tamu-tamu berdatangan. Bila tadinya diperkirakan 8 orang, yang muncul 16 orang. Karena itu Signora D mengeluarkan daging dari lemari es. Dengan ekstra kentang goreng isteri saya membuat "Chinese Steak".Kebiasaan saling melekatkan pipi saat berkenalanTiap tamu yang datang langsung diperkenalkan kepada kami yang sedang masak didapur.Rupanya di Chili (kini juga pada kaum hawa di Indonesia) ialah suatu kebiasaan untuk saling melekatkan kedua belah pipi bila saling berkenalan/jumpa/pamit, juga antara pria-wanita, kecuali antara kaum pria. Isteri saya sih, katanya malu (kucing). Kaum pria Latin tampan semua.Melihat yang datang, lebih banyak kaum lemah yang cantik sekali (tidak kalah dari bintang film manapun). Saya sama sekali tidak keberatan merangkul mereka. Kapan lagi! Keramahan dan keakraban mereka terhadap kami di luar dugaan. Mereka kagum juga melihat kecekatan isteri rajin masak. Dapur yang tidak besar itu menjadi sesak. Pendeknya, hidangan siap dalam 2 jam.Sementara itu saya mengobrol dengan semua dan bercerita mengenai keindahanIndonesia. Seorang gadis keponakan Mr. D yang mahasiswi cantik, begitu terpesona sehingga berjanji suatu waktu ingin melihat negara kita.Pukul 10 malam mulailah santapan dihidangkan. Masing-masing mencoba semua macam masakan yang ada di meja. Dari gelagat mereka dapat disaksikan bahwa mereka menikmatinya sambil melontarkan puji-pujian pada isteri saya. Benar-benar belum setengah jam, tidak ada sisa makanan lagi. Hal ini bukanlah karena kekurangan persediaan, karena memang dibuat lebih dari perkiraan. Karena bersihnya piring-piring, para wanita yang membantu mencucinya bekerja kurang berat.Selanjutnya sambil minum pisco (anggur putih), yang kami sendiri tak suka, malam gembira dilanjutkan dengan nyanyian Spanyol dan tarian tango. Suasana ria dan menyenangkan ini berlangsung sampai tengah malam. Ternyata ayah mertua yang profesor itu tidak dapat datang karena sakit.Patut diterangkan, tamu yang datang itu terdiri dari ipar-ipar yang insinyur, kompanyon beserta isteri, dan para keponakan perempuan. Seluruhnya terdiri dari 7 pria dan 11 wanita.--Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Chiliyang ditulis di Majalah Intisariedisi Juni 1980dengan judul asli "Warga Indonesia Tak Perlu Visa Masuk Chili".-bersambung-