Penulis
Intisari-Online.com - Dulu dikenal sebagai daerah gersang, namun tidak untuk sekarang. Meski masih ada beberapa tempat yang gersang, Gunung Kidul memiliki objek wisata yang menjual keindahan alam. Jika kita ke Gua Pindul dan kemudian meneruskan untuk body rafting di S. Oya, kita akan melewati perkebunan kayu putih yang diolah menjadi minyak kayu putih.
Sebelum memasuki Kota Wonosari kita bisa mampir dulu ke Air Terjun Sri Gethuk. Objek wisata yang terletak di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunung Kidul ini mulai terangkat sejak tahun 2009. Jika datang pada musim hujan kita akan disuguhi kejernihan air Sungai Oya.
Desa Bleberan terletak sekitar 45 km dari pusat kota Yogyakarta. Memasuki desa kita akan disuguhi pemandangan hutan jati dan pinus. Untuk masuk ke lokasi wisata pengunjung dikenakan biaya Rp5.000 (Desember 2013). Tiket ini sudah mencakup biaya masuk objek wisata, asuransi, dan parkir kendaraan.
Dari pos tersebut kita akan melewati jalan berbatu. Sepanjang perjalanan akan terlihat hamparan sawah yang luas dan juga ladang jagung. Setiba di lokasi parkiran, mata kita akan terhibur oleh lembah yang dialiri Sungai Oyo yang begitu jernih. Meski begitu, pada musim hujan, air akan berwarna kecokelatan karena membawa endapan dari hulu sungai.
Ada dua akses untuk sampai ke air terjun. Pertama, kita bisa menelusuri Sungai Oyo dengan perahu yang dioperasikan oleh penduduk desa dengan biaya Rp10.000 untuk pulang pergi. Kedua, dengan berjalan kaki. Jaraknya sekitar 1 kilometer. Sampai di lokasi, gemuruh air langsung terdengar mendominasi suasana. Ada tiga air terjun utama yang tingginya sekitar 50 meter. Tak hanya itu, kita juga dapat melihat panorama tebing di seberang air terjun yang dibatasi sungai.
Menurut penuturan salah seorang operator perahu, nama Air Terjun Sri Gethuk berasal dari kata "kethuk" yang berarti bunyi gamelan. Ini ada kaitannya dengan legenda masyarakat yang bernuansa mistis. "Konon, dulunya tempat itu untuk menyimpan gamelan dan kadang-kadang juga muncul suara gamelan dari tempat itu," katanya.
Kesan mistis lebih terasa saat berkunjung ke Goa Rancang Kencana, yang juga berada di desa ini. Di tengah-tengah goa terdapat sebuah pohon raksasa yang menjulang tinggi melebihi atap gua. Seperti goa pada umumnya, goa ini terdapat stalaktit dan stalagmit. Goa ini terdiri atas tiga ruangan utama yang semakin dalam ditelusuri, semakin kecil ukurannya. Sebelum diresmikan menjadi obyek wisata, anak-anak dari warga sekitar biasa bermain bersama di ruangan pertama yang paling besar.
Pemandu wisata goa, Min Safitri (55) mengatakan ruangan terakhir yang paling kecil biasa digunakan untuk melakukan aktivitas ritual oleh beberapa paranormal kondang seperti Ki Joko Bodo, Ki Kusumo, hingga politisi sekaligus paranormal, Permadi. "Dulunya goa ini bekas tempat bagi laskar Mataram untuk bersembunyi saat bergerilya melawan pasukan penjajah Belanda. Tapi, berdasarkan pustaka Yogyakarta, goa ini sudah ada sejak 4.000 tahun yang lalu," tuturnya.
Selain dua objek wisata tersebut, kita juga bisa menikmati budaya yang ditawarkan Desa Bleberan, seperti upacara kenduri rasulan, upacara kenduri nyadranan, dan sebagainya. Untuk kuliner, di lokasi parkiran terdapat area pemancingan ikan yang siap untuk digoreng sebelum dimakan. Selain itu, ada pula makanan khas Gunung Kidul, seperti sego pletik sambel walang dan gudeg daun singkong.
Meskipun begitu, pengelolaan aset wisata ini belum tergarap secara maksimal. Hal ini pun diakui oleh Manajer Desa Wisata Bleberan, Tri Harjono. Ia mengatakan potensi wisata air terjun di desa ini baru ditemukan sekitar tahun 2007 dan diresmikan sebagai obyek wisata pada tahun 2009. "Tahun 2009 launching, booming tahun 2011. Kita tidak siap, industri pariwisata belum siap," ucapnya. (Kompas.com)