Find Us On Social Media :

Beli Bunga saja ke Bandungan

By Agus Surono, Sabtu, 4 Januari 2014 | 15:00 WIB

Beli Bunga saja ke Bandungan

Intisari-Online.com -  Jika Bogor punya Puncak dan Malang punya Batu, maka Semarang punya Bandungan. Kawasan adem ini menjadi tempat wisata favorit bagi keluarga atau remaja. Banyak wisata di Bandungan, salah satunya pasar bunga.

Saya sempat terheran-heran ketika saudara saya rela bangun pagi-pagi sekali dan menembus dinginnya hawa menuju ke Bandungan. Jarak Imogiri, Bantul ke Bandungan, Semarang tidaklah dekat. Harus melewati Kota Yogyakarta, Muntilan-Magelang, dan Ambarawa. Berangkat dari Imogiri sekitar pukul 04.00. Namun setelah melihat sendiri pasar bunga di Bandungan rasa heran saya langsung pupus.

Di akhir bulan Oktober 2010 saya menyempatkan diri melihat pasar bunga ini. Pagi-pagi sekali saya sudah harus bangun. Matahari memang sudah menampakkan sinarnya. Namun sinarnya belum mampu menghangatkan tubuh kerempengku yang sedang menyusuri jalan dari penginapan menuju ke Kantor Kecamatan Bandungan. Jaraknya tak terlalu jauh, sekitar 100 m. Saya mempercepat jalan sekalian berolahraga. Berharap panas badan sanggup melawan hawa di tempat yang berketinggian sekitar 800 m di atas permukaan laut ini.

Ternyata saya sudah datang kesiangan. Pedagang bunga yang besar-besar sudah pada menghilang. Tinggal pedagang-pedagang yang buka lapak di depan kantor kecamatan. Berhubung bunga yang dijual tidak awet, maka semakin siang harga semakin turun. Yang penting ada uang untuk ongkos pulang setidaknya.

“Rp 15.000,- saja Mas. Semuanya deh!” seorang ibu yang membawa bakul berisi macam-macam bunga menawarkan dagangannya ke aku.

“Terima kasih Bu. Saya hanya memotret-motret saja kok,” saya menolak halus tawaran itu.

“Jangan potrat-potret Dik. Beli dong bunganya,” pedagang yang lain menimpali.

Saya terpaksa ngobrol sebentar sebelum akhirnya menjauh dari kerumunan pedagang.

Menahan rasa dingin saya pun mencoba mencari makanan hangat, sekalian mengganjal perut. Melihat ada antrian yang cukup ramai saya pun mendekat. Ternyata jual bubur. Agak lama sebelum saya sampai dapat giliran dilayani. Saya pesan bubur tanpa ayam, plus tahu bacem.

Sebagai wadah tidak menggunakan mangkuk atau piring tetapi pincuk. Daun pisang yang ditangkupkan sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti kerucut terbalik. Yang bikin aku teringat dengan masa kecil, sendoknya pun dari daun pisang. Daun pisang dibentuk persegi panjang dan dilipat menjadi dua. Memegangnya dengan jempol dan jari tengah memegang pinggiran sendok dan telunjuk menekan daun itu sehingga ada cekungan. Harganya berapa? Rp 1.500,-!

Makan sambil berdiri dengan aroma bunga sedap malam, gladiol, krisan, mawar, dan bermacam bunga lainnya terasa sekali nikmatnya. Dari obrolan dengan beberapa pedagang, Bandungan menjadi salah satu pemasok bunga di sebagian daerah di Jawa Tengah. Agak siang pedagang bunga diganti dengan pedagang sayuran. Tak terasa satu porsi tandas dan harus menambah lagi.

Alam pegunungan memanjakan tanaman untuk berkembang maksimal. Selain bunga dan sayur, Bandungan pun terkenal dengan buah kelengkengnya. Menyusuri beberapa ruas jalan di Bandungan, amat mudah menemukan kelengkeng yang dijual di pinggir jalan. Pohon-pohon kelengkeng pun mudah ditemui di pekarangan rumah penduduk. Kelengkeng lokal ini begitu manis menurutku. Dagingnya juga cukup tebal.