Find Us On Social Media :

Museum Swasta Tanda Cinta Bangsa

By Agus Surono, Rabu, 5 Februari 2014 | 06:30 WIB

Museum Swasta Tanda Cinta Bangsa

Intisari-Online.com - Rumah pribadi yang dijadikan museum. Misinya mengembalikan benda heritage Indonesia yang tersebar di pelosok dunia.

Mungkin banyak yang belum tahu bahwa di deretan bangunan rumah, pertokoan, dan kafe di sepanjang Jalan Kemang Timur Raya, Jakarta Selatan, ada satu bangunan yang dijadikan museum. Museum yang namanya cukup eksentrik, Museum di Tengah Kebun, ini tepatnya berada di Kemang Timur Raya No. 66.

Adalah Sjahrial Djalil sang pemilik rumah sekaligus museum ini. Ya, museum ini sebenarnya rumah pribadi milik Sjahrial yang hobimengumpulkan benda antik. Kesukaannya terhadap benda antik dan sejarah semakin menebal setelah dia berteman baik dengan P.K. Ojong, pendiri grup media Kompas Gramedia yang juga menyenangi dunia arkeologi dan sejarah.

Di usianya yang 73 tahun, pengusaha di bidang periklanan ini mengumpulkan benda-benda antik selama 42 tahun. Kini, Sjahrial dibantu oleh keponakannya, Mirza Djalil, mengelola rumah sekaligus museum tersebut.

Rumah seluas 700 m2 bergaya Eropa abad pertengahan dipadupadankan dengan gaya Jawa Klasik itu berdiri di atas lahan seluas 4.200 m2. Sementara ruang sisanya, seluas 3.500 m2,menjadi hamparan kebun hijau yang tertata rapi. “Kalau dari atas, tatanan kebun ini seperti motif batik cirebon, karena Bapak besar di Cirebon,” terang Mirza.

Bata juga antik

Sembari berbaring di tempat tidurnya, Sjahrial mulai menjelaskan sejarah berdirinya “rumah museum” ini. “Rumah yang mulai dibangun pada 1986 ini menggunakan 65.000 batu bata yang diambil dari bongkaran gedung tua peninggalan Belanda berusia 400 tahun,” kata Sjahrial.

Jumlah itu ternyata masih kurang. Akhirnya cari lagi dan dapat bata bekas bangunan badan meteorologi zaman Belanda tahun 1896,dapat 15.000 batu bata. “Engsel pintunya itu dari bekas penjara wanita di Bukit Duri (Jakarta Selatan –Red.) yang dibongkar pada tahun 1984,” lanjut Sjahrial.

Sjahrial meminta arsitek Timmy Setiawan untuk membangun rumah sesuai dengan kehendaknya. Akhirnya pada 2009 rumah tersebut juga difungsikan sebagai museum tempat memajang barang koleksi Sjahrial.

Museum di Tengah Kebun buka pada hari Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu, pukul 09.30-12.00 WIB dan 12.30-15.00 WIB. Hanya saja, setiap kali kunjungan, hanya diizinkan satu rombongan yang terdiri antara 7-10 orang. “Kami harus membatasi waktu dan jumlah orang, karena ini masih rumah pribadi, dan pemilik rumah juga butuh waktu privasi,” terang Mirza.

Harga tak ternilai

Mirza menuturkan, benda koleksi yang dipajang terdapat 2.414 barang. Kalau ditotal dengan yang di gudang jumlahnya 4.000-an. Tapi banyak yang sama, sehingga tidak dipajang,” cerita Mirza. Semua barang ini dikumpulkan dari seluruh penjuru dunia, 63 negara dan 26 provinsi di Indonesia.