Penulis
Intisari-Online.com - Meletusnya Gunung Kelud mengingatkan saya akan dua tahun silam saat berkunjung ke sini. Dibandingkan dengan gunung lain, relatif mudah untuk menuju puncak Gunung Kelud. Bahkan untuk sampai ke kubahnya tak perlu ngos-ngosan. Mirip dengan Gunung Tangkubanparahu di Bandung.
Jalanan aspal sudah menghubungkan bagian bawah gunung sampai ke puncaknya. Saya masuk dari Kota Kediri. Jalanan sudah mulai menanjak begitu keluar dari batas kota. Bagi pesepeda, jalan menanjak dan beraspal menjadi "mainan". Tak heran kalau di akhir pekan kita bisa melihat rombongan pesepeda mengayuh pedal menuju ke puncak Gunung Kelud.
Di sepanjang jalan ini juga ada salah satu bagian yang dikenal dengan fenomena "magnet jalan". Sepintas kita melihat jalanan menanjak. Namun mobil yang diparkir di bagian dasar tanjakan dan dilepas remnya, dengan dorongan kecil saja akan bergerak "ke atas".
Selama perjalanan udara sejuk bisa kita nikmati. Jalanan berkelok, di kanan kiri terkadang terdapat jurang. Di beberapa tempat terdapat lokasi semacam gardu pemandang untuk melihat keindahan pemandangan.
600 anak tangga
Sebelum letusan pada 2007, Gunung Kelud dikenal sebagai gunung api dengan kawah berupa danau. Menurut Surono dalam sebuah wawancara, kedahsyatan dampak letusan dengan tipe kawah semacam Gunung Kelud ini akan berbanding lurus dengan volume air pada danau kawah.
Letusan efusif pada 2007 telah menyurutkan danau kawah di Gunung Kelud. Bahkan nyaris kering. Namun, sebelumnya upaya untuk menyusutkan volume danau kawah ini juga sudah dilakukan pemerintah, yaitu dengan pembangunan terowongan pembuangan air. Proyek pertama dibangun pada masa pemerintahan kolonial, pada 1926.
Terowongan tersebut dibangun setelah letusan Gunung Kelud meletus pada 1919 yang menewaskan tak kurang dari 5.160 orang. Terowongan yang dibangun pemerintah kolonial itu sempat tertutup material vulkanik pada letusan 1966 meski lolos dari kerusakan akibat letusan pada 1951.
Meski letusan 1919 sudah memakan korban jiwa sedemikian banyak, letusan Gunung Kelud yang paling banyak menewaskan berdasarkan catatan yang ada adalah letusan pada 1586, dengan lebih dari 10.000 orang jadi korban.
Terowongan pengalir air dari danau kawah buatan 1926 masih berfungsi sampai sekarang. Namun, setelah letusan 1966, Pemerintah Indonesia membangun terowongan baru yang lokasinya 45 meter di bawah terowongan lama.
Terowongan baru yang rampung dibangun pada 1967 ini diberi nama Terowongan Ampera. Fungsinya menjaga volume air danau kawah tak lebih dari 2,5 juta meter kubik.
Pada letusan 1990 yang berlangsung selama 45 hari, material vulkanik yang dilontarkan letusan Gunung Kelud mencapai 57,3 juta meter kubik. Namun, lahar dinginnya mengalir sampai 24 kilometer melewati 11 sungai yang berhulu di Gunung Kelud. Terowongan Ampera pun sempat tersumbat, dan revitalisasinya baru rampung pada 1994.
Nah, melalui terowongan ini kita akan dapat melihat dari dekat Anak Gunung Kelud. Panjang terowongan sekitar 110 meter. Di ujung akan kite temui tiga percabangan. Jika lurus akan ke Anak Gunung Krakatau, ke kiri menuju puncak dengan melewati ratusan tangga, dan ke kanan jika kita ingin beristirahat atau mendirikan tenda.
Dulu kawah Gunung Kelud berisi air. Namun semenjak 5 November 2007 terjadilah fenomena alam yang luar biasa. Yakni dari dalam danau kawah muncul kubah lava setinggi sekitar 20 meter dari air kawah. Kubah lava tersebut terus tumbuh, dengan perkiraan bertambah 2 meter setiap harinya. Kubah lava inilah yang kemudian dikenal dengan nama Anak Gunung Kelud.
Ada pagar yang membuat orang tidak bisa mendekati anak gunung tersebut. Namun dari pinggir pagar saja sudah terlihat detail dari kubah itu. Beberapa lampu sorot dipasang di seputar anak gunung ini sehingga jika malam hari akan terlihat eksotis.
Untuk menuju puncak gunung kita harus mendaki sekitar 600 anak tangga. Cukup untuk melemaskan otot kaki. Beberapa pegangan tangan sudah hilang sehingga harus berhati-hati. Tinggi anak tangga sendiri bervariasi. Ada yang tinggi, ada pula yang pendek. Setiap beberapa anak tangga terdapat bordes tempat kita beristirahat. Mengatur napas sembari melihat keindahan Anak Gunung Kelud. Dari atas ini terlihat masih ada sisa-sisa air kawah.
Selain melihat Anak Gunung Kelud, kita bisa mandi air panas di S Gladak. Keluar terowongan ada petunjuk ke air panas ini. Air panas bercampur air dingin. Flying fox juga ada. Lumayan buat permainan anak-anak.
Setelah erupsi tanggal 13 Februari 2014 ini, bagaimana wajah puncak Gunung Kelud?