Penulis
Intisari-Online.com - Meski masuk wilayah Amerika Serikat (AS), mengunjungi Alaska memberi sensasi pengalaman lain dari yang lain. Posisinya nyempil jauh di utara benua Amerika, dengan alam yang nyaris dingin membeku sepanjang tahun. Inilah surga kecil bagi mereka yang mencintai wisata alam.
Pagi itu masih pukul enam. Laut terasa begitu tenang. Ombak nyaris bergoyang di sebuah tempat bernama College Fjord. Suhu udara sekitar 11 derajat F (sekitar -11 derajat Celcius). Dengan angin agak kencang, lebih-lebih ditimpa hujan rintik-rintik, dingin terasa agak menyengat tulang.
Kapal yang saya tumpangi perlahan mendekati sebuah bukit dengan bebatuan yang curam. Makin mendekat, semakin terlihat lelehan-lelehan es berwarna putih yang seolah meluncur dari puncak bukit, terus terjun bebas menuju ke laut. Fenomena gumpalan-gumpalan es yang menghampar dan menutup sebagian permukaan tanah itu menjadi pemandangan alam luar biasa, sekaligus sebuah sapaan selamat datang bagi para pendatang di Alaska.
Bentuk es meleleh atau gletser itu bisa bermacam-macam. Sebagian besar mengikuti kontur gunung dan bukit yang dilaluinya. Ada juga yang seperti bongkahan berbentuk patahan besar dan runcing ke atas, mirip ujung sebuah tombak yang tebal. Dengan kedalaman hingga 1.000 kaki ke dalam laut, beberapa lelehan tampak terhampar luas. Saya perkirakan bahkan bisa lebih luas dari sebuah kecamatan di Jakarta.
Saya sedikit merinding membayangkan saat Kapten George Vancouver (1757 - 1798) pelaut Inggris pertama kali menjelajah perairan barat laut Amerika Utara dan sampai di Alaska, antara tahun 1891 - 1895. Ekspedisi yang bersifat ilmiah kemudian dilakukan tim Harriman Alaska Expedition, dipimpin Edward H. Harriman, pada 1899. Dari sanalah mata dunia baru terbuka tentang keberadaan kawasan dingin membeku di ujung dunia itu.
Saat ini jejak ekspedisi Harriman setidaknya masih terekam pada gletser yang dinamai menurut partisipan dari tim ekspedisi. Seperti pada gletser-gletser yang masuk di wilayah College Fjord, terdapat Gletser Smith yang diambil dari Smith College, Gletser William dari William College, Downer dari Millwauke-Downer College, atau Gletser Yale dari Yale University.Tiada paus, uang kembali
Dengan luas 1,7 juta km persegi atau sekitar dua pertiga dari luas Indonesia, Alaska berjuluk negara bagian AS terluas. Namun jumlah penduduknya terhitung paling jarang, karena tahun 2008 lalu saja diperkirakan hanya terdapat sekitar 687.000 jiwa. Seperlima dari penduduk adalah orang Eskimo, Indian, dan Aleut. Dari sini tentu bisa dibayangkan emosi warga Alaska ketika Sarah Palin menjadi calon wakil presiden AS, pada Pilpres tahun lalu.
Hampir dua pertiga luas Alaska didominasi tundra yakni lapangan luas ditutup perdu dan lumut. Gunung-gunungnya berbatu, yang karena delapan bulan dalam setahun selalu tertutup es, tentunya memberi tantangan hidup yang luar biasa. Seraya memberi berkah tersendiri karena menjadi pemandangan alam yang menakjubkan sebagai modal utama turisme. Selain hasil alam dan minyak bumi, Alaska memang mengandalkan pemasukan dari para pelancong.
Pertanyaan umum yang biasanya terlontar ketika mendengar orang ke Alaska adalah: "Ada apa di Alaska?" Jawabannya singkat saja: "Alam". Walau termasuk salah satu negara bagian AS, turis yang bertujuan utama ingin mengunjungi mal atau tempat-tempat belanja, pasti akan kecewa pergi ke wilayah ini.
Alaska merupakan surga bagi turis penikmat alam, flora, fauna, serta pengembaraan. Wilayah ini menarik untuk mereka yang menyukai alam, olah raga, memancing, bersepeda, dan hiking. Hutan dengan segala isinya, laut dengan kekayaannya akan menjadi tontonan menarik.
Di laut, salah satu tontonan langka yang dijamin bakal mendatangkan decak kagum, apalagi kalau bukan paus. Sungguh menakjubkan menyaksikan ikan sebesar truk kontainer itu berbalik dan ekornya menyembul di permukaan laut. Ada tiga jenis ikan paus dapat ditemui di Alaska, yakni paus Humpback, Orca yang sebenarnya lebih dekat ke keluarga lumba-lumba, dan paus Minke.Rombongan paus memang kembali ke Alaska pada musim panas untuk mencari makan dan berkembang biak, karena arus laut membawa makanan lebih banyak ke sebelah utara. Sebaliknya, musim dingin mereka muhibah ke selatan, yakni Samudra Pasifik yang bersuhu lebih tinggi.
Karena jadwal tetap itu, tak heran sekitar Juli - Agustus, setiap perjalanan perburuan untuk melihat paus nyaris selalu berhasil. Operator bahkan berani menjamin, bila sampai tidak bertemu ikan paus di perjalanan, uang AS$100 bakal dikembalikan. Tentu saja selain ikan paus, singa laut, anjing laut dan burung pemakan ikan, termasuk burung elang, akan menjadi pemandangan unik yang layak diburu di perairan Alaska.Beruang kutub berkeliaran
Di darat, beruang dan rusa kutub (mouse) menjadi buruan yang lain. Binatang liar seperti beruang memang sangat mungkin berkeliaran sampai rumah penduduk. Sampai-sampai, di beberapa lokasi, pengunjung akan diberitahu untuk membuat bunyi-bunyian berisik supaya beruang tidak mendekati pengunjung. Ada pula tempat-tempat yang pada jam tertentu ditutup karena beruang biasanya akan keluar mencari makan.
Tata cara menghadapi beruang juga disebarkan lewat katalog atau pemandu wisata. Ada jenis beruang hitam dan beruang coklat yang hidup di daerah ini. Pada musim panas, beruang menangkap ikan salmon di sungai-sungai. Ikan salmon akan naik ke sungai dari laut untuk berkembang biak. Dua pertiga hidup beruang makan dari pohon dan rumput, sementara sepertiga sisanya dihabiskan berpesta salmon saat musim panas tiba.
Sebenarnya bukan hanya beruang, salmon juga dinikmati manusia. Salmon memang menguasai Alaska. Di samping salmon asap, salmon bakar menjadi makanan khas di Alaska. Tapi karena populasi salmon kadang tidak mencukupi kebutuhan, beberapa lembaga yang didukung pemerintah membuat tempat budidaya benih ikan salmon. Tempat ini juga biasanya menjadi tujuan pelancong yang mengikuti tur tambahan.
Makanan lain yang juga khas Alaska adalah kepiting. Walau badannya tidak lebih besar dari kepinting jantan dari Papua, jarak antarkakinya jika dibentangkan bisa mencapai satu meter. Rasanya, hmm tentu saja mantap di lidah.
Mengunjungi bekas tempat penambangan emas juga menjadi tempat kunjungan utama di Alaska. Sejarah pembukaan pedalaman Alaska memang boleh dibilang tidak lepas dari penambangan zaman gold rush ini. Pendatang Eropa, baik Eropa Barat maupun Timur, mencoba mengadu nasib dengan membuka tambang di berbagai tempat. Sisa-sisa kejayaannya masih bisa dikunjungi sampai sekarang.
Bekas tambang emas paling terkenal adalah Eldorado, yang dibuka tahun 1898. Tempat ini dilewati sungai Yukon yang pada masa itu disebut sebagai Klondike Gold Rush. Ketika itu jumlah pendatang yang hendak mengadu nasib di tambang emas mencapai puluhan ribu. Termasuk di antaranya gang kriminal dari Amerika Utara. Mereka membangun saloon atau tempat minum serta tempat-tempat hiburan lain. Orang-orang inilah yang menghidupkan Alaska lebih dari berabad lalu.
Sekarang emas sudah tinggal kenangan dan sejarah. Jalur kereta, terowongan bekas tambang emas menjadi tempat kunjungan turis. Biasanya pengunjung juga diberi kesempatan untuk mendulang emas.Pesan empat bulan sebelumnya
Mengingat kondisi geografis dan keterbatasan iklim, beberapa tempat di Alaska hanya dapat dicapai melalui laut. Akibatnya, sebagian besar penduduk kemudian juga hidup sebagai pelaut dan nelayan. Beberapa kampung di Alaska benar-benar terisolasi. Ada sebuah desa berpenduduk tidak lebih lima puluh orang saja.
Menariknya, akibat hamparan es, penduduk juga memanfaatkan transportasi berupa kereta yang ditarik anjing. Sebuah kereta bermuatan bahan makanan atau bahan dagangan (seperti kulit rusa kutub atau tupai) ditarik sekitar 20 ekor anjing. Sebenarnya, sebuah mobil sekalipun sanggup ditarik oleh anjing-anjing ini. Karena itu beberapa peternakan anjing juga bisa ditemukan di wilayah ini.
Turis yang ingin menikmati Alaska, tentu juga memanfaatkan jalur laut ini dengan mempergunakan kapal-kapal pesiar besar. Beberapa operator kapal pesiar mengarungi Vancouver dari Kanada hingga ke Anchorage, kota terbesar di Alaska. Rata-rata perjalanan kapal dari Vancouver ke Anchorage atau sebaliknya, ditempuh dalam tujuh hari. Jalur kapal pesiar juga bisa ditempuh lewat AS, melalui Seattle atau San Fransisco.
Kapal pesiar hanya beroperasi sekitar empat atau lima bulan dalam setahun, antara Mei sampai September. Di luar itu, jalur laut bakal tertutup es, sehingga kapal pindah jalur ke Karibia atau daerah lain yang lebih ke selatan.
Rata-rata setiap kapal memang sanggup mengangkut sekitar 3.000 penumpang, tapi tiket setidaknya harus dipesan empat atau lima bulan sebelumnya. Jika ingin berlayar bulan Juni, sekitar Februari segala keperluan pelayaran sebaiknya sudah diurus, termasuk visa dua negara, Kanada dan AS.
Walau berlayar dari Seattle sekalipun, kalau mengambil tur tambahan ke Skagway, tetap saja harus mengurus visa. Masalahnya tambang emas di Klondike yang ditemukan tahun 1898 itu masuk wilayah Kanada.
Ada juga kombinasi land tour, tur dari satu kota ke kota lain lewat jalan darat. Sebagian besar mempergunakan kereta api dengan atap kaca, sehingga kita leluasa melihat pemandangan alam. Tur darat ini juga bervariasi antara empat hingga sembilan hari.Sebenarnya tur dengan kapal pesiar (sea tour) pun tidak terus-menerus berada di kapal. Kita akan mendarat juga di tiga kota: Juneau, Ketchikan, dan Skagway. Bila tur darat dan tur laut diikuti sekaligus, paling cepat akan menghabiskan waktu sekitar 12 hari, di luar perjalanan Jakarta - Vancouver pulang pergi.
Pada musim panas (kira-kira empat bulan dalam setahun), sekitar sembilan belas hingga dua puluh jam sehari Matahari bisa dinikmati di Alaska. Sebaliknya, pada bulan Desember, puncaknya di tanggal 21, Matahari hanya bersinar tiga jam saja dalam sehari. Puncak musim panas sendiri jatuh pada akhir Juli, biasanya waktu favorit untuk berkunjung adalah minggu terakhir Juli atau minggu pertama Agustus. Saat itu kita masih mungkin menikmati pemandangan dahsyat berupa gugurnya gunung es yang membeku pada musim dingin.
Naiknya suhu pada musim panas ini melelehkan sebagian es dan cairannya mengalir ke sungai-sungai tertentu sambil mengangkut lumpur dan batang pohon tumbang serta tanaman lain. Oleh karena itu banyak sungai di sini disamping airnya keruh berlumpur, juga sering bikin banjir. Kereta api pun kadang harus berhenti beroperasi karena menunggu banjir surut.
Namun hati-hati! Walau judulnya musim panas, jangan membayangkan akan lebih banyak cahaya Matahari daripada hujan. Tingkat curah hujan di Alaska cukup tinggi. Di musim panas sekalipun, payung dan jas hujan tetap menjadi bawaan wajib. (Agung Adiprasetyo/Intisari Maret 2009)