Ketika 'Sang Proklamator' Mendekam Di Istal Kuda

Agus Surono

Penulis

Ketika 'Sang Proklamator' Mendekam Di Istal Kuda

Intisari-Online.com - Tak jauh dari Alun-alun Bandung ada sebuah kawasan bernama Banceuy, sebuah komplek pertokoan yangmenjual berbagai macam kebutuhan, mulai dari alat-alat rumah tangga, pernak-pernik lampu, hingga onderdil motor dan mobil. Di balik keramaian kawasan pusat perdagangan ini ternyata tersimpan cerita panjang yang unik dan menarik.

Cerita berawal dari pembangunan Jalan Raya Pos oleh Daendels pada awal abad ke-19. Di tiap kota yang dilewati oleh jalan yangmembentang dari Anyer sampai Panarukan sepanjang kurang lebih 1.000 km itu terdapat sebuah pos yang berfungsi sebagai tempatmengganti kuda, termasuk di dalamnya sebuah istal atau kandang kuda.

Nah, di Bandung pos kuda itu terletak di halaman belakang Kantor Pos sekarang. Dalam bahasa Sunda istal atau kandang kuda disebut Banceuy. Oleh sebab itu, kawasan di sekitar Kantor Pos dikenal dengan nama Kampung Banceuy.

Tahun 1877, pemerintah kolonial membangun penjara di sekitaran Kampung Banceuy. Orang dengan gampang menyebutnya sebagai Penjara Banceuy. Di sinilah pada tahun 1929 Soekarno mendekam selama kurang lebih delapan bulan karena dituduh pemerintah kolonial menghasut rakyat untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial.

Bagi penyuka sejarah tentu ingin melihat seperti apa Penjara Banceuy. Namun jangan kaget karena Anda tidak akan menemukan kompleks penjara di sana. Yang ada ya seperti kata pengantar tadi, Banceuy adalah sebuah kompleks pertokoan yang hiruk-pikuk. Atas nama pembangunan, sekitar tahun 1980-an kompleks Penjara Banceuy diubah menjadi pusat pertokoan.

Sekadar untuk mengenang warisan sejarah bangsa, disisakanlah dua bagian dari bangunan, yaitu menara pengawas dan Sel No. 5 tempat Soekarno di tahan. Menara pengawas mudah ditemukan sebab terletak di pinggir jalan meski kondisinya kurang terawat,penuh coretan, serta menjadi tempat parkir gerobak sampah milik petugas kebersihan.

Setahun yang lalu komunitas Klab Aleut pernah mengadakan kerja sosial membersihkan monumen tersebut dari segala coretan dan sampah yang bertebaran di dalam dan sekitarnya. Sayang, kebersihannya tak berjalan lama. Meskipun demikian, Anda bisa membayangkan bagaimana suasana kompleks penjara ini pada masa itu; tembok-tembok pembatas tinggi tebal yang tidak akan memungkinkan tahanan-tahanan kabur, ditambah menara pengawas yang dijaga ketat oleh petugas yang bertampang sangar.

Setelah puas berimajinasi, Anda tentu bertanya-tanya di manakah letak Sel No. 5? Sebenarnya tidak terlalu jauh dari lokasi Monumen Menara Pengawas. Cuma tersembunyi di antara kompleks pertokoan Banceuy. Untuk menuju Sel No. 5, dari Menara Pengawas Anda hanya tinggal berjalan sedikit ke arah selatan, di tengah-tengah komplek pertokoan ini, tepatnya di sebelah kanan. Bila masih agaksedikit bingung, maka jangan malu untuk bertanya kepada para pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar sana.

Tak hanya sel yang ada di sini, namun juga sebuah batu peresmian, sebuah tugu peringatan. Selnya sendiri berukuran kurang lebih 2,5 x 1,5 m. Di dindingnya terpatri sebuah plat nomor sebagai identitas sel. Bisa kita bayangkan, bagaimana rasanya dikurung di tempat sesempit dan segelap itu.

Di tempat ini Soekarno menyiapkan sebuah pidato pembelaan (pledoi) yang kemudian akan menjadi sangat terkenal yaitu "Indonesia Menggugat". Sebuah pledoi yang lebih mendekatkan bangsa ini ke depan pintu kemerdekaan. Tapi sungguh sangat disayangkan,tempat bersejarah yang seharusnya diistimewakan keberadaannya ini ternyata kurang mendapat perhatian dari pemerintahkota maupun warga kota.

Kondisi sekeliling monumen ternyata sangat memprihatinkan, lebih kumuh dari menara pengawas. Gerobak sampah yang parkir disamping pagar monumen, coret-coretan di dinding, sampah yang berserakan, bau pesing, dan tumpukan barang serta gerobak pedagang yang tampaknya sudah tak terpakai.

Walaupun demikian, di balik kondisi yang memprihatinkan ini, Penjara Banceuy tetap dapat menjadi objek wisata sejarah yang sangat menarik untuk dikunjungi. Ada bagian kisah bangkit dan berkembangnya nasionalisme Indonesia di dalamnya.

Di tempat ini Anda akan mengetahui, bagaimana Soekarno memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia di sebuah "kandang kuda". (KA/Where To Go Bandung 2009)