Penulis
Intisari-Online.com – Lokasinya berada di salah satu gang jalan di kawasan Kramat, Jakarta. Itulah Gedung MH Thamrin yang menyimpan banyak cerita soal sejarah bangsa Indonesia.
Diberi nama Gedung MH Thamrin karena memang gedung ini dulunya milik Mohammad Husni Thamrin. Politisi di zaman kolonial ini membeli gedung ini pada 12 Maret 1927. Gedung ini awalnya difungsikan sebagai rumah pemotongan hewan serta tempat penampungan buah-buahan dari Australia untuk didistribusikan ke instansi-instansi Belanda di Batavia.
Gedung yang dibangun oleh Meneer Has ini tahun 1928 digunakan oleh Organisasi Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Oleh karena itu gedung ini kemudian dikenal sebagai Gedung Permufakatan Indonesia. Saat itu, M.H. Thamrin sedang menjabat sebagai anggotaVolksraad.
Tidak banyak yang tahu bahwa di Gedung MH Thamrin ini lahir gagasan politik perjuangan kemerdekaan Indonesia oleh pemuda pergerakan Indonesia. Konon, di gedung ini pula konsep lagu "Indonesia Raya" karya W.R. Supratman pertama kali diperdengarkan secara instrumental, tanpa alunan lirik.
Sebagai bentuk nyata perjuangan atas kesejahteraan rakyat, gedung ini juga menjadi tempat untuk menyelenggarakan gerakan pendidikan Perguruan Rakyat. Perguruan Rakyat dibentuk pada 11 Desember 1928 yang diprakarsai oleh Dr. Mr. Moh Nazief.
Pada 8 Januari 1929, Perguruan Rakyat mulai membuka kursus-kursus malam hari berupa pelajaran bahasa Inggris, bahasa Indonesia, Tatanegara, Sejarah Indonesia, Etnologi, Kemasyarakatan, Tata Buku, mengetik, dan ceramah.
Beberapa nama besar hadir sebagai pengajar di gedung ini. Antara lain, Ki Hajar Dewantara mengajar tentang pendidikan, Dr. Sarjito mengajar tentang pemberantasan penyakit, Dr. Mr. Moh. Nazief tentang kesehatan dan jurnalistik, Dr. Purbacaraka tentang bahasa Kawi, dan H. Agus Salim tentang Agama Islam. Salah satu mahasiswa dari Perguruan Rakyat adalah Ismail Marzuki.
Di gedung itulah Ismail mengembangkan dirinya hingga menjadi seorang pemusik terkenal yang menciptakan sejumlah lagu-lagu perjuangan.
Pada 1935, gedung ini menjadi tuan rumah bagi Kongres Persatuan Arab di Indonesia. Empat tahun kemudian, pada 1939, gedung ini menjadi tempat dilaksanakannya Kongres Partai Rakyat Indonesia dan Kongres Gabungan Partai Indonesia.
Sampai kemudian pada 1972 gedung ini akhirnya dinobatkan sebagai bangunan sejarah yang dilindungi Undang-undang. Pada 11 Januari 1986 diresmikan sebagai Gedung M.H. Thamrin oleh R. Soeprapto.
Kini, Gedung MH Thamrin telah disulap menjadi Museum Thamrin. Menyimpan segala informasi yang membuktikan bahwa ia juga berperan bagi tercapainya kemerdekaan Indonesia. (Kompas.com/Nicky Aulia Widadio)
Museum MH ThamrinJln. Kenari II no.15JakartaTelp. 021-3909 148Fax. 021-3923 185Jam Kunjungan: