Find Us On Social Media :

Rasakan Sensasi 'Night at the Museum' di Terengganu

By Axel Natanael Nahusuly, Rabu, 23 April 2014 | 09:00 WIB

Rasakan Sensasi 'Night at the Museum' di Terengganu

Intisari-Online.com - Mengunjungi museum pada siang hari sudah menjadi aktivitas biasa. Akan tetapi, mengunjungi museum malam hari mungkin akan menjadi pengalaman berbeda bagi Anda yang gemar akan wisata sejarah.Museum Negeri Terengganu mengadakan acara Night at the Museum untuk para peserta Festival Terengganu International Squid Jigging 2014. Sensasi berada di museum pun terasa semakin berbeda dan seru karena sejumlah dihadirkan pula beberapa tarian serta makanan tradisional.Museum Negeri Terengganu adalah salah satu museum terbesar di Asia Tenggara. Memiliki luas total 27 hektar, museum itu dibagi dalam empat bagian yaitu museum utama, museum maritim, 5 buah rumah tradisional Terengganu serta kawasan bersantai.Pada museum utama, Anda akan bisa melihat koleksi sejarah yang dibagi dalam beberapa galeri, yaitu galeri sejarah, kerajaan, kebudayaan, penyebaran agama Islam, dan kerajinan tangan. Sementara itu, pada museum maritim terdapat dua galeri yaitu perikanan serta pelayaran dan perdagangan.Proyek pembangunan museum ini memakan waktu selama 14 tahun. Bermula pada 1982 lalu mulai dibuka kepada umum pada 20 April 1996 oleh Sultan Negeri Terengganu, Mahmud Al-Muktafi Billah Shah."Yang menarik, untuk koleksi-koleksi museum ini sudah kita kumpulkan sebelum pembangunan museum dilakukan. Kira-kira sekitar 1950-an kita sudah mengumpulkan satu persatu koleksi bersejarah di negeri ini," ungkap salah satu pemandu museum, Che Muhamad Azmi Bin Ngah saat berbincang dengan Kompas.com di sela-sela acara.(baca juga: Asyiknya Main ke Kampung Gajah di Terengganu)Prasasti TerengganuSalah satu koleksi sejarah yang dipamerkan di museum ini adalah prasasti Terengganu atau biasa disebut dalam bahasa Melayu sebagai Batu Bersurat. Prasasti tersebut ditenggarai merupakan prasasti tertua yang ditulis dalam huruf jawi (Arab Melayu).Abdul Rashid Melebek dan Amat Juhari Moain dalam karyanya berjudul Sejarah Bahasa Melayu menyebutkan bahwa Prasasti Terangganu bertarikh 702 Hijrah (1303). Tulisan pada prasasti itu berkaitan dengan penyebaran agama dan Undang-Undang ajaran Islam. Dengan begitu, diperkirakan Islam masuk ke Terengganu pada periode sekitar 1326 atau 1386.Menurut catatan sejarah lainnya, prasasti itu ditemukan di tepi Sungai Tara, Kampung Buloh, Kuala Berang, Hulu Terengganu, pada 1887 oleh Saiyed Husin bin Ghulam Al-Bukhari. Prasasti itu disebut awalnya dijadikan alas membasuh kaki sebelum memasuki sebuah masjid di Kampung Buloh. (Kompas)