Air Terjun Gitgit Dulunya Pemandian Bangsawan

Agus Surono

Penulis

Air Terjun Gitgit Dulunya Pemandian Bangsawan

Intisari-Online.com - Bali punya banyak objek wisata alam air terjun. Tapi salah satu yang paling layak dikunjungi adalah air terjun Gitgit. Air terjun ini tertinggi di Bali dan menampilkan panorama yang indah. Sayang kalau dilewatkan.

Saat berlibur ke Bali, sempatkanlah mengunjungi Bali Utara. Selain terkenal dengan atraksi lumba-lumba Pantai Lovina-nya, Bali Utara juga memiliki objek wisata lain yang menawan. Salah satunya, air terjun Gitgit.

Air terjun terbesar di Bali ini terletak di Desa Gunung Luwih Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Air terjun Gitgit memiliki ketinggian 60 m. Kondisi airnya jernih, sehingga tidak hanya enak dipandang, tetapi juga bisa digunakan untuk bermain di sekitar air terjun.

Meski objek wisata ini buka pada pukul 08.00 - 16.00 WITA, siang hari menjadi waktu terbaik untuk mengunjunginya. Pada saat itu, kita tidak akan merasa kedinginan karena kondisi udaranya sudah tidak terlalu dingin. Ketika Matahari sudah tinggi, kita juga dapat melihat pelangi kecil saat butiran-butiran air terjun yang halus beradu dengan sinar Matahari.

Akan lebih menyenangkan kalau kita juga berendam di sungai yang airnya sangat jernih ini sambil mendengarkan kicauan burung. Jika tidak ingin kepanasan ataupun basah oleh percikan air, kita dapat menikmati keindahannya dari sebuah balai yang berada hanya beberapa ratus meter dari air terjun. Pada bagian bawah balai, air sungai mengalir tidak terlalu deras dengan batu-batu kali raksasa di sekitarnya.

Objek wisata air terjun Gitgit terletak di jalur utama Denpasar - Singaraja. Jika menggunakan kendaraan pribadi, objek wisata ini dapat dicapai dalam waktu sekitar 2 jam dari Denpasar. Di pinggir jalan raya dekat air terjun Gitgit tersedia areal parkir. Untuk mencapai air terjun dari areal parkir, kita harus menuruni ratusan anak tangga dan melewati beberapa jalan kecil selama kurang lebih 20 menit.

Sepanjang perjalanan, kita disuguhi pemandangan hijau yang menyegarkan mata dengan udara yang sejuk khas dataran tinggi. Hembusan anginnya disertai aroma cengkeh dan vanili dari perkebunan di sekitar daerah ini. Pada bagian kiri-kanan jalan juga terdapat deretan kios kecil penjual cenderamata, lukisan, pakaian, makanan, dan minuman ringan yang rapi dan bersih.

Dijual pula aneka rempah-rempah kering, seperti cengkih, vanili, jahe, kayu manis, kemiri, merica hitam atau putih, dll., yang telah dibungkus rapi sebagai oleh-oleh khas daerah ini. Oleh wisatawan mancanegara, rempah-rempah itu biasanya dijadikan campuran air mandi untuk menjaga kesehatan.

Air terjun Gitgit ditemukan pertama kali pada tahun 1815 oleh Belanda yang saat itu menduduki Bali. Air terjun ini akhirnya dijadikan tempat pemandian berkelas. Karena hanya boleh dipergunakan oleh kaum bangsawan Belanda, masyarakat sekitar memberi sebutan air terjun ini Ceburan Tuan yang berarti pemandian bangsawan.

Kemudian, sejak 1980-an, pemerintah daerah dan masyarakat sekitar mulai mengelolanya secara lebih intensif. Kini, Ceburan Tuan telah berubah menjadi salah objek wisata andalan Bali Utara yang sayang untuk dilewatkan. (Yoga/Where To Go Bali 2010)

Hal yang harus diperhatikan:

AIR TERJUN GITGITLokasi: Desa Gunung Luwih Gitgit, Kecamatan Sukasada, BulelengBuka: Pukul 08.00-16.00 WITAWaktu terbaik berkunjung: Pukul 11.00-15.00 WITAFasilitas pendukung : Areal parkir dan toilet.