Penulis
Intisari-Online.com - Taman Bungkul Surabaya belakangan ini ramai dibicarakan karena rusak gara-gara ada pembagian es krim gratis di situ. Taman yang menyandang sebagai taman kota terbaik se-Asia ini memang menjadi ikon Surabaya. Banyak pelancong yang mengabadikan dirinya di depan tulisan "Taman Bungkul" yang ada di taman tersebut.
Area seluas 900 meter ini semula hanya menjadi wisata religi Sunan Bungkul. Makam tokoh penyebar agama Islam di wilayah Surabaya ini ada di belakang taman. Nama aslinya adalah Ki Ageng Supo. Ia merupakan saudara ipar Raden Rahmat atau Sunan Ampel.
Sebelum menjadi tempat wisata seperti saat ini, dulu tempat ini dikenal sebagai kompleks pemakaman tua yang cukup angker. Setellah direvitalisasi kesan angker itu lenyap. Berubah menjadi tempat yang ramai dikunjungi masyarakat Surabaya dan orang luar Surabaya.
Bagi para pengunjung yang ingin berziarah sembari berwisata bersama keluarga, mereka bisa berkunjung di Taman Bungkul. Para pengunjung bisa berdoa di Komplek Makam Sunan Bungkul kemudian menikmati suasana taman atau berwisata kuliner di sentra PKL yang disediakan di belakang taman.
Sejak diresmikan pada 21 Maret 2007, Taman Bungkul semakin menarik dan mempesona. Bisa jadi karena sarana di sini termasuk komplet. Ada trek skateboard dan BMX, trek lari, plaza (panggung untuk pertunjukan langsung berbagai jenis hiburan). Apalagi ditambah dengan koneksi Internet yang bebas via Wi-Fi. Ada pula telepon umum, area taman hijau dengan kolam air mancur, taman bermain anak-anak, hingga pujasera.
Tak hanya siang hari. Malam hari di Taman Bungkul pun sangat menyenangkan. Pada hari Minggu pagi, banyak pedagang yang menjajakan aneka barang menarik. Seperti jam tangan, boneka, dompet, dan lain sebagainya. Untuk sampai ke tempat ini, kita bisa naik bus kota yang melewati jalan Darmo apabila datang dari terminal Bungurasih.
Tentu butuh waktu untuk saat ini agar terlihat keasrian Taman Bungkul kembali.