Penulis
Intisari-Online.com - Pulau Bali tak hanya menawarkan seni-budaya dan alam. Di sana kita juga dapat belajar konservasi. Di Pulau Serangan misalnya, kita bisa belajar mengenal kehidupan penyu
Dulu Pulau Serangan, adalah surga bagi beragam aneka satwa laut. Perairan pulau tersebut menjadi habitat beragam ikan hias. Sementara, pantainya jadi tempat bertelurnya aneka jenis penyu. Namun, kekayaan alam tersebut hampir musnah akibat reklamasi untuk pembangunan fasilitas wisata yang menyatukan pulau tersebut dengan Pulau Bali.
Kondisi yang memprihatinkan tersebut membuat warga Kelurahan Serangan berinisiatif membuat pusat konservasi penyu di wilayah tempat tinggal mereka. Inisiatif ini didukung oleh beberapa lembaga seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) WWF dan Badan Lingkungan Hidup, Bali.
Kini, pusat konservasi yang bernama Pusat Pendidikan dan Konservasi Penyu (Turtle Conservation and Education Centre - TCEC) dan dikelola desa adat (desa pekraman) ini berfungsi juga sebagai objek wisata. TCEC berada di sisi timur Pulau Serangan.
Total luas tempat konservasi ini 1,2 ha. Namun, pusat konservasinya hanya menempati lahan sekitar 6.000 m2. Sisanya adalah tempat kemah. Pusat konservasi penyu ini memiliki tiga bagian utama, yaitu penetasan, penampungan tukik (anak penyu), dan pameran.
Tempat penetasan berada di bagian kiri pintu masuk. Tempat ini berupa gubuk beratap anyaman bambu (besek) dan lantai pasir. "Kami membuat lingkungannya semirip mungkin dengan alam agar telurnya mau menetas," kata Made Karsa, Koordinator TCEC. Di tempat penetasan seluas sekitar 3 x 3 m2 ini ada ratusan telur dari beberapa jenis penyu. Di setiap tempat penetasan telur dari jenis penyu tertentu diberi papan kecil sebagai penunjuk jenis, jumlah, asal, dan perkiraan waktu menetas.
Bagian berikut dari kawasan konservasi ini adalah tempat penampungan yang berada di sisi barat tempat konservasi. Di tempat ini, tukik-tukik hasil penetasan di tempat penetasan dipelihara. Ada sepuluh bak penampungan di sana, masing-masing berukuran sekitar 3 x 2 meter persegi dengan kedalaman 50 cm.
Di setiap bak penampungan terdapat puluhan atau malah ratusan tukik kecil. Namun, ada juga penyu di kolam lain yang sudah berumur 20 tahun. Bagian akhir dari tempat konservasi ini adalah kolam seluas sekitar 4 x 6 meter persegi. Kolam ini berada di sisi timur wantilan (balai) serbaguna dan berisi penyu dewasa berumur 6 bulan hingga 2 tahun.
Sebenarnya, dari tempat penetasan, kita bisa langsung ke kolam penampungan. Tapi, itu berarti tidak mengikuti siklus hidup penyu. Maka, sebaiknya bagian ini menjadi bagian akhir dari perjalanan wisata di TCEC agar kita bisa melihat daur hidup penyu dari telur sampai dewasa.
Kita tidak perlu membayar untuk menikmati atraksi di TCEC. Namun, ada kotak sumbangan di akhir perjalanan wisata konservasi ini. Kita dipersilakan mengisinya secara sukarela. "Sumbangan pengunjung kami gunakan untuk biaya operasional," kata Made Karsa. (Ant/Where To Go Bali 2010)
Hal perlu diperhatikan:
Untuk menuju lokasi ini kita dapat menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari pusat Denpasar. Kita bisa masuk dari jalan utama di Kelurahan Serangan, ikuti jalur jalan beraspal menuju sisi timur. Lokasinya di samping kanal buatan. Tidak ada kendaraan umum ke objek wisata ini.