Find Us On Social Media :

Kantor Bank Indonesia Bandung Kini Menjadi Museum

By Agus Surono, Rabu, 4 Juni 2014 | 11:00 WIB

Kantor Bank Indonesia Bandung Kini Menjadi Museum

Intisari-Online.com - Jika kita berjalan-jalan di seputaran Kantor Walikota Bandung, di Taman Dewi Sartika khususnya, pandangan kita tentu akan tergoda oleh bangunan putih di sisi selatan. Bangunan zaman Belanda itu tampak anggun. Itulah Gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat dan Banten).

Belum lama ini, bangunan tadi diresmikan oleh Bank Indonesia sebagai Cagar Budaya dan Memorabilia Bank Indonesia. Perubahan status heritage ini dilakukan atas dorongan Walikota Bandung. Juga berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.19 lampiran No.18 tanggal 7 Agustus 2009.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI, Dian Ediana Rae menyebutkan bahwa nantinya gedung ini tidak hanya sekadar jadi warisan, namun juga museum. Beragam sejarah Bank Indonesia dan koleksi berbentuk panel informasi, numismatik dan non numismatik seperti uang hingga alat cetak akan ditampilkan.

Dian menjelaskan, mulai persiapan hingga diresmikan, pihak BI melakukan renovasi dan pengumpulan koleksi selama empat bulan sejak Februari 2013 lalu. Meskipun belum merasa puas, menurut dia, sejauh ini sudah 100 persen proses menjadikan gedung tersebut sebagai cagar budaya khas Kota Bandung. 

Berlokasi di Jln. Braga, gedung Cagar Budaya dan Memorabilia Bank Indonesia awalnya merupakan kantor cabang De Javasche Bank (DJB) ke-15. Gedung tersebut dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai tindakan antisipasi meluasnya dampak Perang Boer (1899-1902) di Afrika Selatan. 

Perancangnya adalah biro arsitek Hulswit, Fermont dan Edward Cuypers. Pembangunanya berlangsung tiga tahun sejak 1915 hingga 1918. "Karena itu, kami jadikan gedung tetap utuh secara fisik dan bisa dimanfaatkan sebagai memorabilia yang menampilkan beragam sejarah mengenai sejarah BI dan koleksi-koleksi berbentuk panel informasi, numismatik, serta non-numismatik, mulai uang kuno hingga alat pencetak," ujar Dian. 

Hanya, kehadiran museum ini belum seutuhnya dibuka untuk umum, mengingat 50 persen luasan gedung ini masih digunakan untuk aktivitas karyawan BI. Dian mengatakan, nantinya cagar budaya ini benar-benar sebagai destinasi wisata sejarah yang bisa dinikmati umum. 

"Untuk sementara harus buat janji dulu, tidak bisa dengan kunjungan langsung. Beberapa turis dari Belanda dan Jepang sudah lebih dulu bikin janji untuk minta melakukan kunjungan," katanya.