Penulis
Intisari-Online.com - Liburan ke Yogyakarta akan semakin berkesan jika kita menginap di penginapan yang membaur dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Ada banyak desa wisata yang menawarkan hal itu. Desa Tembi di Bantul salah satunya.
Tembi adalah tipikal desa di Yogyakarta. Sawah dengan petaninya, suara azan dari masjid yang mengajak bersembahyang, tidak ketinggalan suara angsa yang berkeliaran, juga ujung sapu lidi yang beradu dengan daun-daun kering di halaman rumah.
Konon kabarnya, desa ini dahulu merupakan tempat untuk menitipkan anak-anak raja sehingga warga juga memiliki kepercayaan bahwa orang-orang yang datang dan menginap di Tembi akan sukses seperti raja.
Desa Tembi tak jauh lokasinya dari pusat kota, sekitar 15 km. Desanya bersih dan rapi. Ada papan petunjuk yang menjelaskan beberapa tempat menarik untuk dikunjungi, seperti tempat membatik, tempat berjualan kerajinan, juga tempat membeli makanan. Di dekat masjid, ada pula peta desa.
Ada beberapa rumah yang sudah disulap menjadi penginapan, seperti Omah Tembi Home Stay, D’Omah Hotel, dan beberapahomestaykecil lainnya. Ada pula yang memang sengaja dibangun menjadi kompleks budaya, yaitu Rumah Budaya Tembi.
Rumah Budaya Tembi (RBT) merupakan rumah dokumentasi dan informasi sejarah budaya Jawa. Tidak hanya itu, tempat ini juga merupakan wadah warga sekitar untuk mengekspresikan kreativitasnya. Penginapan di kompleks Rumah Budaya Tembi bukan berupa bangunan hotel yang megah dan kaku, melainkan rumah limasan dengan suasana budaya Jawa yang kental. Biayanya sekitar Rp 600.000 untuk satu malam.
Di bagian depan terdapat pendopo yang digunakan untuk menyajikan berbagai macam pertunjukan kebudayaan, seperti wayang pada malam hari. Pendopo itu juga dilengkapi dengan seperangkat gamelan. Di bagian belakang terdapat museum yang menampilkan berbagai macam keris.
Restoran di RBT juga menyajikan menu khas. Restoran Pulo Segaran di Rumah Budaya Tembi menyajikan makanan yang resepnya berasal dari Serat Chentini. Serat itu merupakan rangkuman resep kuliner yang berasal dari pelosok Jawa. Menunya tidak ada di rumah makan lain, yakni oseng emprit, bajing lada hitam, atau opor angsa.
Selain Rumah Budaya, tempat penginapan yang agak besar lainnya adalah D’Omah Hotel yang terletak di samping masjid desa. Hotel ini berbentuk rumah Jawa. Ruang depannya penuh dengan buku dan berbagai permainan seperti scrabble dan congklak. Banyak wisatawan asing menginap dalam waktu yang panjang di hotel ini. Kamarnya cukup besar dengan perabotan kayu bergaya Jawa. Tepat di depan hotel, sawah terbentang menghijau.
Tidak sekadar melihat petani mencangkul di sawah, di Tembi pengunjung juga dapat ikut belajar membatik, memancing, hingga ikut memandikan kerbau di sungai. Warga desa pun ramah menyapa tamu yang datang ke desa mereka.
Ketika malam tiba, suara hewan-hewan malam di tambah dengan gemercik air dari sungai kecil memberikan nuansa pedesaan yang tidak dapat diperoleh jika kita menginap di hotel-hotel besar.
Jika ingin menikmati suasana pedesaan yang tenang, asri, dan segar, Tembi dapat menjadi pilihan.(Joice Tauris Santi/Kompas)