Find Us On Social Media :

Di Seko, Sulawesi, Ongkos Ojek Sejuta Rupiah

By Agus Surono, Kamis, 26 Juni 2014 | 08:00 WIB

Di Seko, Sulawesi, Ongkos Ojek Sejuta Rupiah

Intisari-Online.com - Luas Indonesia yang membentang dari Sabang di Aceh ke Merauke di Papua menyimpan banyak cerita unik berbumbu keprihatinan. Saya pernah merasakan sendiri, makan siang di Wamena habis ratusan ribu untuk menu sederhana yang kalau di Jawa tak sampai Rp10.000.

Saya pun pernah merasakan naik ojek yang selain mahal juga menantang maut. Padahal lokasinya masih di Pulau Jawa, tepatnya di Tasikmalaya Selatan. Waktu itu tahun 2000, ongkosnya sudah Rp35ribu untuk jarak sekitar 10 km. Medannya melalui jalan setapak di pinggir hutan dengan jurang di sisi kanan dan kiri.

Nah, masih berkaitan dengan ojek, tim "Explore Indonesia", sebuah program perjalanan di KompasTV memiliki pengalaman yang unik. Sewaktu meliput di Kecamatan Seko yang masuk Provinsi Sulawesi Selatan, mereka terpaksa menggunakan jasa ojek dari Masamba, ibukota Kabupaten Luwu Utara. Sebenarnya ada jalur lain ke Seko, yakni lewat udara. Karena lewat udara jadwalnya terbatas, maka tim yang terdiri atas lima orang itu akhirnya menggunakan jasa ojek.

Berapa ongkosnya? Nah ini yang bikin kaget: sekitar Rp1 juta. Sepintas memang mahal, tapi jika sudah melewatinya Anda akan berpikir ulang soal mahal itu.

Ternyata rute yang dilewati tim liputan "Explore Indonesia" membuat semua anggota tim geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak? Jalanan yang dilalui sangat memprihatinkan. Kalau cuma rusak tetapi jalanan masih bertekstur keras, mungkin masih bisa dimaafkan. Tetapi apa jadinya kalau jalannya bertekstur tanah basah yang lembek? 

Selain itu, terkadang motor ojek rusak di tengah perjalanan. Hal yang lumrah bagi para tukang ojek sebenarnya. Terpaksa mengganti di tengah jalan, bertukaran onderdil dengan sesama tukang ojek yang melintas, sampai kadang mengakali onderdil yang sudah rusak untuk dipakai sampai menemukan gantinya.

Akan tetapi, di balik sulitnya akses, rupanya Seko menyimpan potensi yang harus dicontoh oleh daerah-daerah lain di Indonesia. Seko tidak kekurangan pangan, karena selalu surplus dengan berasnya. Beras Tarone yang sangat terkenal merupakan produk asli Seko. Beras yang konon ditanam secara alami dan tidak menggunakan pestisida.

Meski sebelum tahun 2008 di Seko masih menggunakan pelita sebagai penerangan saat malam, kini warga sudah memanfaatkan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Penerangan pun mulai menemani jalan-jalan saat malam di Seko.

Seko memiliki berbagai macam potensi, baik dari sumber daya alam dan juga sumber daya manusianya. Kisah selengkapnya bisa Anda saksikan di Program "Explore Indonesia" episode "Jalan ‘Panjang’ Menuju Seko" pada Rabu 25 Juni 2014, pukul 20.00 WIB di Kompas TV. (Ryan Ardhiana Putra/Kompas.com)