Find Us On Social Media :

Benarkah Masyarakat Indonesia Memerlukan Taksi Helikopter seperti PremiAir?

By Ade Sulaeman, Sabtu, 21 November 2015 | 13:30 WIB

Benarkah Masyarakat Indonesia Memerlukan Taksi Helikopter seperti PremiAir?

Intisari-Online.com - Managing Director PremiAir, Tony Dwihastanto Hadi mengatakan, sudah saatnya kota-kota besar di Indonesia memiliki taksi udara, khususnya helikopter, yang bisa dipesan dengan cepat dan mudah, seperti dari perangkat smartphone.

"Kita lihat kan sekarang ini kota-kota besar makin macet, banyak waktu terbuang," kata Tony kepada KompasTekno saat dijumpai di kantor PremiAir di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (20/11/2015).

Yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan saat ini menurut Tony adalah faktor keamanan dan jumlah helipad yang tersedia di kota-kota besar, termasuk Jakarta.

"Kalau dari segi safety, bedakan antara taksi mobil dan taksi udara," kata Tony.

Taksi udara yang kebanyakan dilayani dengan helikopter harus memenuhi syarat-syarat yang lebih ketat untuk bisa disewa setiap saat.

Tony menjelaskan, jika memesan taksi lewat aplikasi smartphone hanya butuh waktu maksimal 10 menit, maka untuk taksi udara dibutuhkan waktu setidaknya 30 hingga 60 menit sebelumnya untuk menyiapkan segala persyaratan yang dibutuhkan untuk terbang.

Jumlah helipad yang ada pun harus diperbanyak lagi, sebab berbeda dengan taksi mobil yang bisa berhenti dimana saja, helikopter membutuhkan landasan yang aman dan kuat untuk didarati.

"Saat ini di Jakarta PremiAir memiliki empat helipad yang bisa didarati, ada di Grand Indonesia, Hotel Borobudur, (gedung) Lippo, dan Hyatt," katanya.

Untuk mendarat di helipad-helipad lain, dibutuhkan izin dan juga pengecekan oleh pihak operator helikopter, apakah helipad tersebut mampu atau tidak menampung bobot helikoter yang dioperasikannya.

Inovasi bisnis

Taksi udara dikatakan Tony juga bisa menjadi inovasi bisnis bagi pengusaha-pengusaha carter pesawat di kota-kota besar. Karena menurutnya, di industri aviasi yang sudah jenuh saat ini dibutuhkan terobosan-terobosan.

"Kalau nggak bikin terobosan, (usaha) Anda mati," katanya.