Akhirnya, WhatsApp akan Digratiskan Sepenuhnya

Ade Sulaeman

Penulis

Akhirnya, WhatsApp akan Digratiskan Sepenuhnya

Intisari-Online.com - Aplikasi pesan instan WhatsApp akan digratiskan sepenuhnya. Sebagai gantinya, perusahaan menyusun strategi monetize baru yang ditujukan untuk pengguna tingkat perusahaan.

Selama ini, WhatsApp memang hanya gratis untuk satu tahun pertama. Setelah masa tersebut habis, maka pengguna mesti memperpanjang masa pakai dengan membayar Rp12.000 per tahun.

Pada Senin (18/1/2016), dalam konferensi Digital-Life-Design (DLD) di Munich, Jerman, Chief Executive Officer WhatsApp Jan Koum mengumumkan rencana menggratiskan aplikasi tersebut dan mulai menguji sejumlah layanan komersial baru.

"Kami akan berhenti meminta biaya berlangganan sebesar Rp12.000. Saat ini, kami belum memasukkan kode apa pun untuk mewujudkannya, tetapi kami ingin memastikan bahwa orang-orang paham rencana tersebut tak terkait dengan menampilkan iklan di dalam WhatsApp," ujarnya.

Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Techcrunch, Selasa (19/1/2016), jumlah pengguna aplikasi pesan instan ini sudah mendekati 1 miliar orang.

Pada September 2015 lalu, WhatsApp sudah memiliki 900 juta pengguna, dan kini diperkirakan sudah berkembang menjadi 990 juta pengguna.

Koum memang mengatakan, rencana masa depan WhatsApp tidak terkait dengan iklan. Namun, tak bisa dimungkiri bahwa jumlah pengguna sebanyak itu merupakan lahan garapan yang menarik bagi para pengiklan digital.

Di sisi lain, sulit untuk mengukur jumlah pemasukan WhatsApp dari biaya berlangganan per tahun sebesar Rp12.000 itu. Lagi pula, hingga saat ini masih ada saja orang yang masih bisa menggunakan WhatsApp meski tidak membayar sepeser pun.

Informasi mengenai biaya WhatsApp untuk rencana layanan komersial business-to-consumer pun belum jelas. Koum hanya mengatakan, langkah itu akan mulai diuji coba pada tahun ini.

"Kami akan menguji alat yang membuat Anda bisa memakai WhatsApp sebagai sarana komunikasi dengan bisnis dan organisasi yang diinginkan," ujarnya.

"Kami ingin membangun sesuatu yang lebih terpakai, yang membuat perusahaan, seperti American Airlines atau Bank of America, berkomunikasi dengan lebih efisien melalui aplikasi pesan instan," imbuh Koum.

(kompas.com)