Find Us On Social Media :

PBB: Lebih dari 800 Juta Orang Masih Kurang Gizi

By Hyashinta Amadeus Onen Pratiwi, Jumat, 19 September 2014 | 10:00 WIB

PBB: Lebih dari 800 Juta Orang Masih Kurang Gizi

Intisari-Online.com – Menurut data baru yang dirilis PBB, lebih dari 800 juta orang masih kurang gizi. Mereka tidak mendapatkan cukup makanan, bahkan ketika dunia menghasilkan lebih dari dua kali lipat jumlah makanan yang dibutuhkan populasi.

Memang angka kelaparan telah menurun perlahan-lahan selama dekade terakhir ini. Pada periode 1990-1992, ada 18,7% populasi dunia yang secara klinis kurang gizi. Angka ini turun menjadi 11,3% pada periode 2012-2014 sekarang.

Memang menjadi sebuah keprihatinan ketika kelaparan masih mencengkeram beberapa negara. Chad, Republik Afrika Tengah, dan Ethiopia adalah negara dengan tingkat kekurangan gizi tertinggi. Meski demikian persentase yang relatif besar ada di Asia Selatan.  Di Irak misalnya, presentase orang kelaparan melonjak. Hampir 1 dari 4 warga Irak kekurangan gizi, naik 7,9% dari periode 1990-1992.

Dalam laporannya, PBB mendefinisikan kelaparan sebagai keadaan cukup makanan untuk hidup aktif dan sehat. The Food and Agriculture Organization, salah satu dari tiga lembaga yang menghasilkan laporan tersebut, mengatakan dunia menghasilkan dua kali lipat jumlah makanan yang dibutuhkan populasi. Hal ini menunjukkan bahwa akar masalah bukan keterbatasan makanan, tetapi kemiskinan.

Adanya laporan lebih dari 800 juta orang masih kurang gizi ini memperingatkan kita bahwa peningkatan produktivitas tidak cukup mengatasi kelaparan. Diperlukan kebijakan untuk akses pembelian yang lebih mudah dan aman. Selain itu mereka juga membutuhkan perlindungan sosial.

PBB sendiri sebenarnya telah mencanangkan program pembangunan. Program ini disebut pembangunan milenium yang bertujuan untuk mengurangi setengah dari jumlah orang yang kelaparan di negara berkembang pada tahun 2015. Namun, adanya bencana alam dan konflik membuat kemajuan di negara sub-Sahara Afrika dan Timur Tengah menjadi terhalang. (The New York Times)