Find Us On Social Media :

Sejarah Singkat Kenapa Orang Asia Timur Suka Mengenakan Masker Bedah

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 20 November 2014 | 18:15 WIB

Sejarah Singkat Kenapa Orang Asia Timur Suka Mengenakan Masker Bedah

Intisari-Online.com - Orang Asia Timur sangat akrab dengan masker bedah. Bukan lantaran ada penyebaran penyakit saja, masker bedah, menurut Jeff Lang, seorang penulis lepas yang tinggal di New York, saat ini merupakan fenomena umum yang kerap ditemui di wilayah ujung timur benua Asia itu. Seperti apa sejarah singkat kenapa orang Asia Timur suka mengenakan masker bedah?

Seperti yang sudah dipaparkan, masker bedah sudah menjadi fenomena yang jamak ditemui di masyarakat Asia sejak awal abad ke-20. Fenomena itu semakin genjar terjadi pada 2002 ketika wabah SARS menyeruak dan 2006 ketika isu flu burung sedang hangat-hangatnya. Tidak hanya orang Asia yang ada di Asia, fenomena itu juga menjangkiti mereka yang berstatus imigran di negara lain.

Kebiasaan mengenakan masker bedah dimulai di Jepang awal abad ke-20, ketika endemi influenza menewaskan 20 – 40 juta orang di seluruh dunia. Di India sendiri, influenza waktu itu menewaskan 0,5 persen penduduk di negara tersebut. Waktu itu, menutupi wajah dengan syal, kerudung, dan masker menjadi sesuatu yang lazim sampai akhirnya endemi itu hilang pada 1919.

Tidak lama berselang, ketika terjadi gempat bumi besar Kanto 1923, penggunakan masker di Jepang juga meledak. Gempa itu sukses menghancurkan hampir 600 ribu rumah yang ada di wilayah paling padat di dunia waktu itu. Tidak berhenti sampai di situ, setelah gempa, langit Jepang dipenuhi asap dan debu selama berminggu-minggu. Imbasnya, selama berbulan-bulan, kualitas udara di kota itu menurun drastis. Masker bedah dikeluarkan dari penyimpanan dan menjadi aksesoris banal di jalan-jalan Tokyo dan Yokohama. Ketika influenza kembali menyerang pada 1934, masker merupakan “pakaian” wajib yang rutin dipakai.

Kemudian, pada 1950-an, industrialisasi Jepang pasca-Perang Dunia II kembali menyebabkan polusi udara menyebar ke mana-mana. Mengenakan masker, yang awalnya hanya dikenakan musiman, kini menjadi dikenakan sepanjang tahun. Dan kebiasaan itu, terus berlangsung hingga sekarang. Jika dikalkulasi, tiap tahunnya, para konsumen di Jepang bisa mengeluarkan uang sebesar $230 juta untuk membeli masker bedah. Fenomena hampir sama juga terjadi di Cina dan Korea.

Sangat filosofis

Melihat itu, muncul pertanyaa, kenapa penggunaan masker bedah hanya terbatas di Asia Timur?

Alasannya sangat filosofis: ketiga wilayah itu secara luas dipengaruhi oleh ajaran Taoisme dan ajaran pengobatan tradisional Cina, di mana napas dan pernapasan dipandang sebagai unsur pokok dalam kesehatan. “Qi’ merupakan konsep sentral dalam kosmologi Cina, dan secara fisiologi umum berkaitan dengan energi dan uap,” ujar Michelle M. Ching, seorang praktisi akupuntur dan obat herbal yang berbasis di Los Angeles.

Qi’, tambah Ching, memiliki banyak arti dalam bahasa Cina termasuk ‘udara’ [kong qi], ‘suasana’ [qi fen], ‘bau’ [qi wei]—rasanya tiga alasan ini cukup kuat kenapa penggunaan masker itu perlu!—‘kekuatan’ [li qi], dan ‘patogen’ [xie qi]. Jika secara fisik qi-nya lemah, maka ia akan rentan diserang penyakit. “Jadi pernapasan (yang baik) sangat penting untuk mempertahankan qi dalam tubuh, sementara di sisi lain, feng alias angin adalah ancaman yang paling ampuh." 

Tapi rupanya penggunaan masker bedah telah menjadi pakem tersendiri bagi remaja Jepang akhir-akhir ini; remaja yang sehat sempurna menggunakan masker bedah, mengenakan headset dengan pemutar musik, yang terlihat enggan berkomunikasi dengan orang lain. Masker bedah juga bisa dikenakan para perempuan muda menghindari pelecehan seksual di angkutan umum.

Lebih daritu itu, masker bedah juga telah menjadi tren mode tersendiri di Asia Timur: di Jepang, masker bedah didesain secantik mungkin dengan aneka aksesoris lucu yang bisa dibeli di setiap sudut toko obat. Pada China Fashion Week, desainer Yin Peng meluncurkan pelindung asap dengan banyak ragam. Begitulah, sejarah singkat kenapa orang Asia Timur suka mengenakan masker bedah.