Find Us On Social Media :

Benua Antartika Tak Hanya Gurun Es dan Penguin

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 25 Juni 2015 | 06:00 WIB

Benua Antartika Tak Hanya Gurun Es dan Penguin

Intisari-Online.com - Benua Antartika tak hanya gurun dan penguin. Sebuah studi soal keanekaragaman hayati terbaru menemukan, ada 8.000 spesies di kawasan yang terletak di bumi bagian paling selatan itu. Temuan ini sekaligus menjadi pelengkap studi yang telah dilakukan sebelumnya.

Studi yang ditulis di jurnal Nature ini menemukan adanya adanya keragaman yang luar biasa antara benua Antartika dan Samudera Selatan. Oleh sebab itu, para ilmuwan saat tengah mengupayakan perlindungan dan pelesatarian hayati yang lebih masif lagi.

Seperti disebutkan di awal, Profesor Steven Chown, peneliti sekaligus penulis tudi itu mengatakan, merekat elah menemukan lebih dari 8.000 spesies di kawasan yang sebagian wilayahnya ditutupi es itu.

“Jauh lebih banyak dari yang dipikirkan sebelumnya. Keragaman yang benar-benar menakjubkan adalah pada jenis mikroba. Misalnya dalam sistem air tawar di Antartika, benar-benar memiliki keanekaragaman tertinggi dibandingkan di mana saja yang pernah kita pelajari,” ujar Prof. Chown.

Penelitian ini dipimpin oleh Monash University, Melbourne, dan bekerja sama dengan British Antarctic Survey, University Waikota dan Australian National University, Canberra. Tak hanya mikroba, tim peneliti itu juga menemukan beberapa jenis seperti laba-laba laut dan isopoda—semacam kutu kayu yang berhabitat di laut. 

Profesor Andrew Clarke dari British Antarctic Survey mengatakan, salah satu tempat di Antartika yang menjadi perhatian ialah Laut Ross. Menurutnya daerah perairan ini membutuhkan perlindungan yang komprehensif. “Ini adalah salah satu tempat terakhir di dunia dengan ekosistem laut yang relatif besar di planet ini,” katanya. Pernyataan itu dipertegas oleh Prof. Chown yang mengaku terkejut dengan jumlah proporsi kawasan lindung di Antartika yang termasuk rendah.

“Kawasan bebas es hanya 1,5 persen [...] sementara target global yang ditetapkan oleh konvensi keanekaragaman hayati pada tahun 2020, kita harus melakukan konservasi setidaknya 17 persen,” ujar Profesor Chown.