Find Us On Social Media :

Sejak 1970, Jumlah Ikan di Lautan Telah Berkurang Hampir Setengahnya

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 17 September 2015 | 15:00 WIB

Sejak 1970, Jumlah Ikan di Lautan Telah Berkurang Hampir Setengahnya

Intisari-Online.com - Kondisi perikanan dunia terus menunjukkan kondisi yang memburukMenurut laporan yang diterbitkan oleh World Wildlife Found (WWF) da Zoological Society of London (ZSL), sejak 1970, jumlah ikan di lautan telah berkurang hampir setengahnya. Siapa pun tahuini adalah kondisi yang menghawatirkan.

Lebih detailnya, laporan itu menyebutkan angka pengurangan jumlah ikan di lautan antara 1970 – 2012 sebesar 49%. Dari angka itu, sebagian besar adalah jenis ikan yang banyak dikonsumsi seperti tuna, makerel (, dan bonito (melingkungpi berbagai jenis ikan yang berukuran kecil).

Studi tersebut berhasil melacat 5.829 populasi dari 1.234 spesies. Para peneliti mengindetifikasi faktor terbesar dari pengurangan ini adalah penangkapan yang berlebihan. Meski demikian, fakto pemanasan global juga tidak bisa dinafikan begitu saja.

Peningkatan suhu dan peningkatan kadar keasaman yang disebabkan oleh karbon dioksida juga menjadi perhatian khusus para peneliti.

Perhatian khusus ditujukan kepada sirip biru, tuna, penyu belimbing, dan hiu porbeagle. Untuk tuna dan sirip biru alias bluefin, para peneliti menuding faktor utama besarnya jumlah pengurangan ikan tersebut adalah menjamurnya restoran sushi di Jepang dan negara-negara lainnya.

" >

“Lautan telah bekerja keras untuk kita. Lautan adalah penghasil setengah dari seluruh oksigen dunia. Ia juga menyerap hampir sepertiga dari karnon dioksida yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Lebih dari itu, laut telah memberi makan miliaran orang di seluruh dunia,” ujar Ken Norris, direktur sains di ZSL, dalam sebuah siaran pers. 

Salah satu rekomendasi WWF untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menciptakan kawasan perlindungan laut untuk membantu satwa liat dan habitatnya kembali pulih. Rekomendasi lainnya, perhatian pemerintah terhadap isu perubahan iklim, dan tentunya mencari sumber makanan alternatif di tingkat konsumen.

Dan yang paling penting adalah mengubat tabiat manusianya.