Intisari-Online.com – Buat perusahaan, karyawan berprestasi adalah aset berharga. Sayangnya, sering kali “para jagoan” ini dengan mudahnya tergoda, atau memutuskan resign dari tempatnya bekerja. Lebih karena faktor salah urus, atau ada sesuatu yang memang tak pernah terpuaskan dalam diri si karyawan?
Iman Santoso, Psi, mencatat beberapa kecenderungan karyawan baik yang perlu diwaspadai perusahaan.
- Untuk mengaktualisasikan potensinya, mereka butuh challenge baru, tugas-tugas baru, tanggung jawab baru yang berbeda dari sebelumnya. Mereka tak menyukai pekerjaan yang monoton.
- Bagaimanapun, sebagai manusia biasa, mereka ingin keberadaannya mendapatkan apresiasi sosial. Setidaknya, jerih payahnya diakui atau dihargai oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak peduli pada setiap pencapaian prestasi karyawan, maka ia akan mencari perusahaan lain yang bisa mengapresiasi kemampuannya.
- Hati-hati juga pada karyawan yang memiliki kebutuhan bersosialisasi yang kuat. Mereka biasanya sangat mencari posisi harmonis dalam interaksi sosial dengan rekan kerja. Oleh karena itu, kalau mereka menjadi karyawan terbaik, ada kemungkinan mereka akan merasa tidak nyaman, karena menjadi unggul sendirian di antara rekan-rekannya. Dalam budaya Indonesia yang kolektif, menjadi yang terbaik sendirian di antara kelompok merupakan hal yang kurang bisa diterima.
Lalu, bagaimana merawat karyawan terbaik?
- Pastikan selalu ada tantangan yang sesuai dengan potensi diri mereka.
- Berikan kepercayaan, delegasikan tugas sesuai kewenangan yang dimiliki.
- Berikan fasilitas, dukungan dan penghargaan yang memadai agar mereka mudah dan nyaman dalam bekerja. Berikan fasilitas kerja sejauh hal ini reasonable dan tersedia anggarannya. Misal laptop, untuk pekerjaan yang butuh mobilitas dan kecepatan.
- Agar karyawan tak merasa dimanjakan, yang bisa menimbulkan kecemburuan karyawan lain, perlu dibuat kontrak kinerja bahwa mereka akan memberi hasil terbaik dan perusahaan akan pegang janji menyediakan fasilitas yang diperlukan.
Karena betah adalah
psychological state of feeling, maka tidak ada formula yang baku. Betah atau tidaknya karyawan juga ditentukan sejauh mana nilai-nilai pribadi mereka bisa sejalan dengan nilai-nilai yang diterapkan perusahaan.
Sebaiknya perusahaan memfokuskan pada apa yang menjadi kebutuhan dasar karyawan. Untuk itu perlu ada semacam survei internal untuk mengetahui apa yang jadi kebutuhan dasar dan aspirasi mereka. Intinya, perlakukan karyawan sesuai dengan kemampuan dan motivasi mereka masing-masing. Hubungan yang saling menguntungkan antara karyawan dan perusahaan akan terjalin kalau masing-masing pihak bisa mengambil manfaat yang terbaik. (Intisari)