Coach, Di Balik Panggung Bisnis

J.B. Satrio Nugroho

Penulis

Coach, Di Balik Panggung Bisnis

Intisari-Online.com - Pagelaran olahraga sedunia, Olimpiade, yang tahun ini dilaksanakan di London, sungguh semarak. Semua olahragawan top dari seantero dunia bertanding untuk menguji kemampuannya. Semangat juara begitu terasa, bahkan penonton layar kaca pun ikut bersorak ketika jagoannya berhasil menjadi nomor satu.

Kemampuan dan semangat para olahragawan itu tentu tak lepas dari campur tangan pelatihnya. Siapa yang tak kenal Usain Bolt. Jawara sprinter – sekaligus pemegang rekor lari dunia 100 m dan 200 m - dari Jamaika itu pun mempunyai seorang pelatih. Dialah Glenn Mills, pelatih sang legenda Bolt. “Pelatihku mengatakan, ‘Berhentilah merisaukan saat start, karena bagian terbaik dari pertandinganmu adalah di saat akhir',” kata Bolt, di sela-sela wawancara dengan media. Bolt mengisahkan bahwa dia mengucapkan kalimat itu pada saat berlari di lintasan, saat dia akhirnya kembali merasakan kemenangan di akhir pertandingan.

Seorang pelatih, atau coach, sejatinya tidak hanya berperan di gelanggang olahraga. Sekarang ini, ada yang disebut life coach, career coach, business coach, relationship coach, executive coach, dsb. Perannya serupa, yaitu membimbing kliennya untuk mengembangkan potensi diri, sesuai area yang diinginkan, dengan hasil yang terukur.

Konsep coaching tak lepas dari dunia olah raga, yakni setiap olahragawan yang ingin berprestasi dan mencapai hasil maksimal harus dibimbing oleh seorang coach. Sesuai analogi itu, Chyntia Wihardja, seorang business coach sekaligus pemilik salah satu franchise ActionCOACH di Jakarta Selatan menjelaskan bahwa yang bermain di lapangan bukan coach-nya, melainkan tetap si olahragawan. “Tugas seorang coach adalah mengamati dari luar lapangan dan mengarahkan si olahragawan untuk menggunakan cara dan gaya yang akan membuat dia menang,” kata Coach Cynthia.

Olahragawan yang malas latihan atau sering terlambat, lanjut Coach Cynthia, kemungkinan besar tidak bisa memenangkan pertandingan. “Sama saja, pengusaha yang malas atau tidak disiplin dalam bisnisnya akan sulit mencapai target yang diinginkan. Coach harus berani menerapkan peraturan main yang perlahan mengubah si pengusaha menjadi orang yang punya pola pikir sukses,” kata Coach Cynthia.

Coach Cynthia melanjutkan perumpamaannya. Ada pesepak bola yang tidak tahu kenapa dia tidak pernah berhasil memasukkan bola ke gawang, padahal dia sudah berlatih keras. Setiap kali menendang, bolanya selalu menggelinding ke samping gawang. Pelatihnya melihat dari luar lapangan, ternyata setiap kali menendang, bahunya tidak dalam posisi yang benar.

Sang pelatih memberitahunya, kemudian si pesepak bola mencoba kembali dengan bahu yang rata: Gol! “Mindset pegusaha sudah OK, tapi dia perlu orang untuk melihat apa yang mungkin tidak terlihat oleh dirinya sendiri,” jelas wanita berusia 38 tahun ini. Seorang coach membantu kliennya untuk memberikan pandangan netral dan jujur yang mungkin tidak bisa didapatkan dari orang lain.

Setiap kali atlet lari naik ke level berikutnya, pasti dirinya memerlukan cara baru untuk meningkatkan performa larinya. “Nah, fungsi coach juga untuk menggali potensi dan membantu kliennya untuk mengembangkan diri dan bisnisnya ke level berikutnya.”

Seorang olahragawan berprestasi kadang kesepian. Kalau curhat dengan agen atau koleganya, kadang tidak tulus dan ada “hidden agenda”. Sama juga dengan pengusaha yang sudah meraih kesuksesan atas bisnisnya, tidak mungkin dia curhat dengan karyawan, klien, atau rekan bisnisnya, 'kan? “Coach adalah teman diskusi untuk hal-hal yang penting. Hubungan dengan coach bersifat rahasia. Itu sebabnya banyak pengusaha lebih nyaman berdiskusi dengan coach-nya,” terang Coach Cynthia.