Penulis
Intisari-Online.com - Setelah mengenal definisi “kutu loncat” dalam artikel sebelumnya. Kini kita akan mengulas tentang alasan apa saja yang mendorong seorang karyawan menjadi kutu loncat.
Berbagai alasan dapat mendasari seseorang menjadi kutu loncat. Namun, sebagian besar disebabkan keinginan memperoleh gaji yang lebih besar, posisi yang lebih baik, atau karena munculnya perasaan bosan (terhadap pekerjaan atau lingkungannya). Khusus untuk fresh graduate, mencari pengalaman atau tantangan baru menjadi alasan yang paling sering digunakan.
Menurut Dan Schawbel, personal branding guru dari New York Times, pekerja biasanya akan memutuskan untuk mencari pekerjaan baru ketika mereka merasa pengembangan karier tidak lagi mencukupi kebutuhan karyawan atau load kerja terlalu banyak.
Apabila alasan ini muncul, menurut Andin Andiyasari, Managing Partner CHR Psychometrics Consulting dan Career Coach di Konsultankarier.com, kemungkinan besar alasan sebenarnya adalah ketidakmampuan serta ketidakseriusan karyawan tersebut dalam mencari pekerjaan. Misalnya dia tidak melakukan riset pada dirinya sendiri juga pada perusahaan yang dia tuju.
Ada juga orang yang menjadi “kutu loncat” karena tidak ingin terikat oleh perusahaan atau kerap disebut freelancer. Menurut Aziza staf HRD dari sebuah perusahaan teknologi informasi, konsultan di bidang teknologi informasi kerap melakukan ini.
Konflik dengan atasan atau ketidaktahanan menghadapi tekanan kerja dari pekerjaan juga dapat menjadi alasan. “Di sini, masalah endurance menjadi faktor utama,” ujar Sani Wiyadni, kepala unit HRD di sebuah perusahaan teknologi informasi multinasional. Tapi yang jelas, tidak pernah ada faktor tunggal yang menyebabkan seseorang menjadi “kutu loncat”.
Lalu, apakah dengan menjadi kutu loncat seseorang bisa memperoleh manfaat? Simak artikel berikut, ya.