Penulis
Intisari-Online.com -Bagaimana menyikapi Rupiah yang saat ini terus melemah? Rasanya tidak ada salahnya belajar dari pengalaman krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998 seperti yang dituturkan dalam artikel di MajalahIntisariedisi November 1998 yang berjudul"Belanja Taktis di Masa Krisis" berikut ini.--Saat rupiah melemah seperti sekarang, rakyat juga yang menderita. Harga barang melonjak-lonjak, tapi pendapatannya tetap.Akibatnya, penghasilan tidak lagi cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Salah satu cara menyiasatinya adalah jangan mudah tergoda iklan.Salah satu kiat pedagang membujuk konsumen secara efektif adalah dengan iklan. Namun, besar jugakah manfaat iklan bagi konsumen? Sangat diragukan, sebab sedikit sekali iklan berisi informasi yang benar dan tepat. Padahal iklan berakibat langsung pada naiknya harga.Calon konsumen harus memahami, salah satu trik iklan adalah bahasa rayuan. Ada yang memancing untuk membahagiakan diri sendiri. Misalnya, "Manjakan diri Anda setelah lelah dengan berbagai urusan kantor, pekerjaan rumah tangga, dan anak".Hati-hati juga dengan permainan harga dan diskon yang merupakan trik iklan yang paling banyak dipakai dan efektif memancing konsumen. Salah satunya mematok harga dengan angka ekor 99 atau 88, misalnya Rp999 atau Rp988. Konsumen jadi berpikir, harga barang cuma Rp900 bukan Rp1.000. Padahal, nilainya lebih dekat ke Rp1.000.Permainan lain adalah jumlah ganda. Sering pengecer mengemas produk yang harganya Rp2.000 per buah menjadi Rp20.000 per kemasan berisi 10 buah, bahkan didiskon 5% menjadi Rp 19.000.Tujuannya, agar perputaran stok jadi lebih cepat. Konsumen yang cuma perlu 1-2 buah terdorong membeli 10 buah.Jika tidak perlu sebanyak itu, jangan membeli meski harganya sedikit lebih murah. Selain itu, orang cenderung boros bila banyak persediaan di rumah.