Find Us On Social Media :

Investasi Bagi Pemula (1): Gandakan Saham

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 17 Oktober 2013 | 14:00 WIB

Investasi Bagi Pemula (1): Gandakan Saham

Inisari-Online.com - Investasi adalah salah satu langkah menuju kesuksesan di masa depan. Dengan pertimbangan yang matang, investasi akan menjadi modal utama meraup keuntungan berlimpah. Tapi, tidak semua investasi berujung kegemilangan.

Ada bebebrapa trik yang bisa diperhatikan, terutama bagi pemula saat hendak berinvestasi. 

Menggandakan Saham

Dalam bukunya yang berjudul Lifecycle Investing, Ian Ayres dan Barry Nalebuff menegaskan: seharusnya para investor yang masih berusia 20 tahunan meningkatkan investasinya sebesar 200%. Caranya bisa dengan meminjam dengan marjin atau membeli opsi jangka panjang.

Tentu saja ini ditujukan kepada mereka yang baru memulai karir dalam bidang investasi. Kesannya ini sangat berisiko terhadap kondisi keuangan. Tapi jika dipikir-pikir, tidak ada bisnis yang tidak berisiko. Dua dosen dari Universitas Yale tersebut menambahkan, strategi ini lebih baik saat Anda memasuki usia 23 tahun dan menurunkannya di angka 32% saat berusia 67.

Usul ini mungkin sedikit gila untuk dilaksanakan. Selain itu, masih banyak investor di usia ini yang masih bermain aman dan tidak berani mengambil risiko.

Data dari Investment Company Institute menjelaskan, orang berusia 20-an tahun hanya menginvestasikan 75% dari tabungannya. Intinya, Ian dan Nalebuff mengatakan, dalam bisnis tak perlu takut mengambil risiko. 

Bergantung pada perkembangan pasar

Perusahaan riset, Strategic Insight, menjelaskan, di Amerika Serikat secara kolektif hanya mengalokasikan 6% dari ekuitas saham mereka pada negara berkembang. Padahal, menurut Avi Nachmany, Direktur Riset Strategic Insight, idealnya alokasi pada pasar negara berkembang adalah 2/3 dari portfolio saham.

Lebih dari itu, para investor muda juga harus bisa membaca keadaan ekonomi di negara tersebut hingga 3-4 tahun ke depan. Ekuitas negara berkembang kini 12% lebih besar dari sebelumnya. Saham di negara berkembang cenderung fluktuatif. Oleh karena itu, pilihlah deviden tertinggi, dengan performa terbaik dan dan volatilitas rendah. (Fortune Indonesia)