Find Us On Social Media :

Jokowi Baru Capres, Rupiah Sudah Melejit

By Inasshabihah, Sabtu, 15 Maret 2014 | 20:00 WIB

Jokowi Baru Capres, Rupiah Sudah Melejit

Intisari-Online.com. - Baru dimajukan menjadi calon presiden (capres) saja, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sudah membuat rupiah makin melejit. Rupiah menguat lagi atas dolar Amerika Serikat tepat setelah Jokowi mengumumkan siap menerima mandat sebagai capres 2014 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).Paginya, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JIDOR) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia bertengger pada level Rp11.421 per dolar AS. Namun, sore harinya setelah keluar deklarasi itu, rupiah menguat kembali. Berdasarkan data Bank Mandiri tercatat kurs beli dolar AS pada level Rp11.387.Analis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, membenarkan bahwa penguatan rupiah terjadi setelah Jokowi menyatakan diri siap maju ke ajang pilpres 2014. Menurutnya, hal ini karena investor memandang Jokowi cukup positif sebagai sosok yang mampu membawa perubahan di Indonesia. "Sentimen positif menyambangi pasar Indonesia setelah Jokowi mendeklarasikan diri untuk menjadi capres," ujarnya. Jika terbukti benar, paka prediksi ekonomi memang jitu. Sejak 2013 lalu ekonom sudah memperkirakan, jika Jokowi mampu menang di pemilu presiden Juli besok, maka nilai tukar rupiah diprediksi menguat dengan signifikan. Begitu pendapat Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih.Investor tentu hanya mau berinvestasi di tempat yang stabil kondisi ekonominya. Kestabilan perekonomian tentu dapat diperoleh salah satunya dengan kestabilan politik. "Maka jika Jokowi dicalonkan dan PDIP dan meraih suara 20 persen untuk pemilu legislatif, diperkirakan pemilihan presiden hanya akan terjadi satu putaran dan ini menyebabkan akan banyak terjadi arus modal masuk dan rupiah akan menguat,” berikut pendapat Lana.Pemilu, lanjut Lana, akan membuat dana asing kembali masuk ke saham dan obligasi. Meski begitu, Lana tetap berharap, siapapun presiden yang nanti terpilih sebaiknya pro investor dan tidak membuat kebijakan yang merugikan pasar. (Berbagai sumber)