Find Us On Social Media :

Melatih Anak Mengatur Uang Saku (1)

By Birgitta Ajeng, Jumat, 23 Mei 2014 | 08:00 WIB

Melatih Anak Mengatur Uang Saku (1)

Intisari-Online.com - Pakar parenting Rani Razak Noe’man mengungkapkan, orangtua sering salah strategi dalam memberikan uang saku kepada anak, dampaknya bisa terbawa saat si anak dewasa. Kadang, saking sayangnya orangtua pada anak, uang saku diberikan lebih daripada yang dibutuhkan si anak. Padahal, orangtua perlu melatih anak mengatur uang saku.

Sebelum mulai memberikan uang saku pada anak, para orangtua ada baiknya memahami konsep uang saku. Uang saku diberikan untuk mengajarkan anak cara mengelola uang dengan bijak dan benar, dan bukan sebagai imbalan atas perilaku baiknya.

(Baca juga: Ini Penyebab Rumah Tangga Mulai Terasa Membosankan)

Perencana keuangan Ahmad Gozali mengatakan, “Uang saku juga tidak boleh dijadikan sebagai senjata untuk mengatur anak. Kalau anaknya baik, uang sakunya ditambah, dan sebaliknya. Karena ini bibit materialistis, di mana hubungan keluarga pun dihitung dengan uang.”

Agar anak terampil mengatur uangnya, orangtua harus memberi contoh nyata. Anak-anak tidak akan paham jika orangtua hanya memberikan teori mengelola uang, oleh sebab itu mereka harus diajak bersimulasi, caranya dengan pemberian uang saku itu.

TheMint.org, situs manajemen keuangan, menyebutkan, tujuh dari sepuluh anak usia 17 tahun mengatakan bahwa yang paling mempengaruhi mereka dalam mengelola keuangan adalah orangtua mereka.

Jika sedari dini orangtua sudah membekali anak dengan keterampilan mengelola uang, secara tidak langsung mereka telah menyiapkan anak anaknya menjadi orang yang sukses dan produktif di kemudian hari. Ahmad Gozali sepakat bahwa orangtua yang harus terlebih dahulu memberikan contoh soal pengelolaan uang. “Memberi contoh bahwa orangtua punya tabungan, punya budget, punya aturan apa yang bisa dibeli, dan apa yang pembeliannya bisa ditunda,” ujarnya.

Dalam memberikan contoh, orangtua harus disiplin dan konsisten. Jika si anak kehabisan uang saku karena terlalu boros, orangtua tidak memberikan toleransi. Si anak harus menerima sanksi. Uang saku tidak ditambah atau pinjam dari uang saku periode berikutnya. Di sisi lain, orangtua juga perlu memberikan apresiasi jika si anak bisa mengatur uang sakunya dengan baik. Apresiasi itu bentuknya bisa pujian atau hadiah.

(Baca juga: Ini Empat Masalah di Tahun Pertama Pernikahan)

“Orangtua juga menjelaskan pentingnya si anak menabung dari uang sakunya, agar jika ingin membeli sesuatu, ia bisa membeli sendiri dari tabungan uang sakunya,” tambah Ahmad Gozali.

Rani menambahkan, sebelum memberikan uang saku, anak-anak terlebih dulu harus diberi pemahaman tentang uang. Bahwa uang itu dicari, uang itu harus dimanfaatkan sesuai kebutuhan, dan uang harus disimpan untuk keperluan-keperluan di masa datang. Konsep ini harus mulai diajarkan pada anak-anak sejak usia dini.

“Misalnya menjelaskan bahwa ayah harus bekerja untuk mendapatkan uang. Uang itu untuk membeli susu, dan keperluan lainnya. Untuk itu anak-anak harus berterima kasih pada ayah,” jelas Rani. Penting bagi orangtua untuk melatih anak mengatur uang saku.