Melatih Anak Mengatur Uang Saku (2)

Birgitta Ajeng

Penulis

Melatih Anak Mengatur Uang Saku (2)

Intisari-Online.com - Orangtua perlu melatih anak mengatur uang saku. Lantas, sejak usia berapa sebaiknya orangtua mulai memberikan uang saku pada putra-putrinya? Perencana keuangan Ahmad Gozali melihatnya dari dua aspek, anak-anak dan orangtuanya.

Anak sudah bisa mulai diajari mengelola uang sakunya sejak ia memiliki kegiatan rutin di luar rumah, dan sudah bisa berhitung uang. Jika si anak sudah bisa berhitung tapi belum perlu membeli sesuatu sendiri, ia belum perlu diberi uang saku. “Dari segi kebutuhan, sejak anak perlu bertransaksi sendiri. Dan segi kemampuan, sejak anak bisa berhitung,” ujar Ahmad Gozali.

(Baca juga: Remaja Obesitas Tak Punya Banyak Teman?)

SedangkanPakar parenting Rani Razak Noe’man berpendapat, uang saku dan pendidikan mengelola uang saku sudah bisa diberikan pada anak usia sembilan tahun ke atas. “Karena pada usia itu otak kiri dan otak kanan sudah bersambungan, sehingga si anak sudah bisa memahami jika diberi tahu mengapa harus begini, dampaknya apa, dan sebagainya,” jelas Rani.

Untuk tahap awal, sambung Rani, orangtua bisa memberikan uang jajan harian. Orangtua membantu menjelaskan uang saku itu untuk apa, untuk kebutuhan apa saja. Misalnya kebutuhan uang saku si anak Rp3.000 sehari, orangtua memberikan Rp 4.000, si anak harus memahami sendiri bahwa kelebihan uangnya untuk ditabung.

Lebih baik lagi jika orangtua memberikan wadah untuk menabung, entah dalam bentuk celengan, atau membuka rekening tabungan di bank untuk si anak. “Ajarkan anak untuk ‘saving dulu baru shopping’, sebelum berangkat sekolah, masukkan dulu uang ke celengan, sisanya boleh dihabiskan,” ujar Ahmad Gozali.

Selanjutnya, jika si anak terlihat sudah bisa mengelola uang sakunya dengan baik, orangtua bisa meningkatkan pemberian uang saku menjadi mingguan, sampai pada tahap bulanan. Pada tahap ini, orangtua bisa membantu sang anak untuk menuliskan daftar pengeluaran dan kebutuhannya sendiri, dan harus bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung.

(Baca juga: Kurang Tidur pada Anak Tingkatkan Risiko Obesitas)

Dari sinilah si anak belajar mengatur uang saku, belajar membuat keputusan sendiri, dan menerapkan aturan konsisten atas uang sakunya sendiri. “Ini adalah lifetime knowledge yang akan terus diperlukan setiap orang,” kata Ahmad Gozali.Soal berapa besar uang saku yang harus diberikan, baik Rani Razak Noe’man maupun Ahmad Gozali berpendapat sama, berikan sesuai kebutuhan, jangan berlebihan.

“Anak dan orangtua bisa berunding dalam menentukan besaran dan frekuensi pemberian uang saku. Anak menyampaikan apa saja kebutuhannya, berapa nilainya, sementara orangtua memberikan pertimbangan dan batasan maksimalnya,” jelas Ahmad Gozali.

Rani menambahkan, dalam menentukan besaran uang saku anak-anak, orangtua juga harus pandai menganalisis kira-kira berapa pendapatan yang akan didapatkan anaknya di kemudian hari saat bekerja, dibandingkan dengan uang sakunya sekarang. Peran orangtua dalam melatih anak mengatur uang saku sangat penting.

-selesai-

---

Tulisan ini ditulis oleh Magdalena Krisnawati, Kontributor Intisari dan dimuat di Intisari edisi Extra Mesin Uang untuk Keluarga 2013 dengan judul asli Berlatih Mengatur Uang Saku.