Find Us On Social Media :

Histeria Setelah Mengonsumsi Cokelat?

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 26 September 2013 | 12:56 WIB

Histeria Setelah Mengonsumsi Cokelat?

Intisari-Online.com - Siapa nyana, cokelat telah dikonsumsi sejak ribuan tahun yang lalu. Suku Maya mengklaim telah meminum cokelat sejak 2.000 tahun yang lalu. Secara ilmiah, dibuktikan juga bahwa mengonsumsi cokelat memang bukan fenomena modern, ia telah ada jauh sebelum abad ke-18. 

Inggris saat ini dianggap sebagai salah satu negara dengan konsumsi cokelat terbesar di dunia. Jika ditotal, rata-rata warga Inggris mengonsumsi 11 kg cokelat pertahunnya. Dalam urusan ini, Jerman dan Swiss masih menjadi saingan utama.

Selain membincangkan kapan cokelat mulai dikonsumsi, hal menarik lain adalah bagaimana lika-liku cokelat sampai akhirnya diakui sebagai panganan yang layak konsumsi dan “tidak berbahaya”.

Menurut penelitian, ada sekitar 500 zat kimia pada produk cokelat yang banyak dikonsumsi oleh pecintanya. Saking banyaknya itu, sampai sekarang pun masih terus dilakukan analisa-analisa penting terkait apa saja yang tekandung di dalamnya.

Prof Philip K. Wilson dari Penn State University mengatakan, Suku Aztec sudah menggunakan cokelat sebagai obat sejak abab ke-14. Agar tidak terlalu pahit, coklat dicampur dengan perasa dan beberapa jenis kacang-kacangan.

Empat abad kemudian seorang dokter muda dari Meksiko menganggap coklat sebagai sesuatu yang berbahaya, bukan obat. Hal itu didasarkan pada tingkat histeria yang tinggi di kalangan beberapa perempuan dan biarawati di sejumlah kota akibat mengonsumsi cokelat.

Muncul pula asumsi bahwa cokelat adalah penyebab kesehatan buruk. Rasa kecanduan yang tinggi terhadapnya bisa memunculkan semacam senyawa anandamide, yang mirip dengan senyawa yang muncul saat ginjal diambil.

Tapi asumsi itu dipatahkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Dr Mauricio Sanchez Menchero. Dalam artikel yang dipresentasikan dalam Kongres Internasional tentang Sejarah Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kedokteran di Universitas Manchester, Dr Sanchez mengatakan, histeria pada biarawati itu disebabkan oleh undang-undang baru tentang kebijakan pangan yang menyebabkan cokelat sulit di dapat.

Di sisi lain, cokelat waktu telah menjadi konsumsi yang bisa meningkatkan energi.

Sampai akhirnya, meski ada beberapa yang takut mengonsumsi karena kadar gula dan lemak, coeklat telah diterima dengan baik oleh khalayak karena ternyata terdapat kandungan polifenol yang dikenal sebagai flavonoid, anti oksidan, dan beberapa mempercayainya bisa menenangkan hati. (BBC)