Find Us On Social Media :

Minum Tidak Harus Menunggu Haus

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 15 Oktober 2013 | 13:00 WIB

Minum Tidak Harus Menunggu Haus

Intisari-Online.com – Haus memang menjadi tanda-tanda, sekaligus pengingat bahwa tubuh kekurangan cairan. Namun, sebenarnya, minum perlu dilakukan meski kita tidak merasakan haus.

Pakar fisiologi dari Universitas Arkansas dr Stavros Kavouras mengatakan, haus merupakan pertanda awal tubuh mengalami dehidrasi. Haus terjadi di saat tubuh mulai kehilangan 1-3 persen berat badannya karena menurunnya kadar air dalam tubuhnya.

"Dehidrasi ringan sudah dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi. Maka janganlah tunggu hingga tubuh mengalami dehidrasi untuk minum," ucapnya dalam Inagurasi dan Konferensi Pers Indonesian Hydration Working Group (IHWG), Kamis (10/10/2013) di Jakarta.

Air merupakan kebutuhan gizi makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Untuk orang dewasa sehat, kebutuhan air bisa mencapai 2000-2500 mL per harinya.

Pakar gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Inge Permadhi, Sp.GK mengatakan, jumlah kebutuhan air tersebut dapat dipenuhi dengan minum air ataupun mengonsumsi makanan yang mengandung air.

"Biasanya dengan minum air kita bisa mencukupi 1500-1800 mL, dan dari makanan bisa 500-800 mL," jelas Inge yang juga menjabat sebagai Humas IHWG ini. Inge menyarankan, untuk mencapai jumlah kebutuhan air, seseorang perlu minum air setiap saat paling tidak setiap jam. Setiap kali tubuh mengeluarkan urin ataupun keringat, sebaiknya segera diganti dengan minum lagi. 

Sementara itu, air juga dapat dipenuhi dari minuman-minuman lain seperti teh, susu, jus buah, atau minuman-minuman dengan rasa lainnya. Hanya saja, menurut Inge, minuman-minuman tersebut dapat "membebani" tubuh karena kandungan gulanya.

"Minuman manis memang dapat membantu hidrasi tubuh. Namun gula yang terkandung di dalamnya dapat meningkatkan konsumsi gula sehari-sehari," tegasnya.

Konsumsi gula berlebihan diketahui berperan dalam peningkatan risiko penyakit-penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus atau penyakit jantung. Ini karena gula bersifat toksik dan mempercepat penuaan sel. Maka Kementerian Kesehatan merekomendasikan untuk membatasi konsumsi gula tidak lebih dari 2,5 sendok makan per hari. (kompas.com)