Find Us On Social Media :

Tertekan, Orang Cenderung Banyak Makan

By Mohamad Takdir, Sabtu, 8 Maret 2014 | 13:00 WIB

Tertekan, Orang Cenderung Banyak Makan

Intisari-Online.com - Dalam keadaan tertekan, orang cenderung banyak makan. Mereka berpikir, makanan dapat mengatasi perasaan negatif dari masalah yang mereka alami. Namun seringkali, mereka justru berakhir dengan penyesalan karena sudah makan terlalu banyak, ditambah kenyataan bahwa masalah mereka ternyata tak berkurang.“Untuk menutup hari yang buruk, saya menghabiskan satu kotak kue,” kata Meryl Gardner, Ph.D., Ahli Psikologi Konsumen di University of Delaware. “Maksudnya saya ingin membuat diri ini merasa lebih baik, tapi 15 menit kemudian saya justru merasa jauh lebih buruk. Mengapa saya begitu gelap mata ketika sedang dalam mood yang buruk?”(Baca juga: Inilah Alasan Nafsu Makan Hilang Saat Patah Hati)Untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam mengapa orang beralih ke “comfort food”, ia melakukan empat percobaan yang meneliti bagaimana suasana hati yang positif, negatif, dan netral mempengaruhi pilihan makanan. Juga, bagaimana “temporal construal” (sebuah konsep yang melibatkan fokus seseorang pada masa sekarang atau masa depan) dapat mempengaruhi pilihan makanan.Gardner menemukan, ketika suasana hati para peserta buruk (setelah membaca kisah sedih atau menulis secara rinci tentang hal-hal yang membuat mereka sedih), mereka lebih mungkin memilih makanan ringan daripada yang “sehat”.Itu menjelaskan bahwa suasana hati yang buruk menunjukkan ada masalah, dan makanan ringan menjadi cara cepat (jangka pendek) agar mereka merasa lebih baik dalam menghadapi masalahnya.Namun ketika Gardner mendorong orang untuk merenungkan masa depannya, itu mampu mengurangi efek suasana hati yang buruk. Hal itu juga berdampak pada pemilihan makanan yang lebih baik, karena kesadaran tinggi akan hidup sehat sebagai bekal masa depan mereka.“Ketika Anda berpikir tentang masa depan, Anda memiliki perspektif yang lebih besar tentang apa yang penting di masa depan, bukan sekadar apa yang ada di ujung garpu.”Dalam hal ini, diet digambarkan sebagai “pertempuran kehendak” antara diri Anda saat ini dan di masa depan. Namun, pikiran tentang masa depan ini dalam artian yang lebih abstrak agar bisa lebih efektif memotivasi diri sendiri dalam membuat pilihan makanan sehat. Dengan demikian, orang tersebut tidak merasa terbeban secara emosional.Ahli gizi sering mengatakan, mengetahui akar penyebab emosi negatif bisa membantu mengekang masalah makan seseorang. Namun bagi Gardner sebaliknya, temuannya justru bersifat eskapisme (cara lain untuk menghindari perasaan seseorang) di mana orang diintervensi untuk berpikir “maju”.Dan ia berharap, para ahli gizi bisa menerapkan teorinya ini untuk mengatasi masalah keinginan makan berlebih saat bad mood. (tabloidnova)