Penulis
Intisari-Online.com - Vagina merupakan salah satu organ tubuh wanita yang sensitif. Letaknya yang tertutup dan lembab membuatnya gampang terkena berbagai gangguan, terutama keputihan. Namun masalah vagina tak hanya itu saja. Terdapat 6 masalah serius lainnya yang mengintai vagina:
- Vaginismus
Nyeri hebat saat ada sesuatu yang memasuki vagina (tampon atau penis) merupakan ciri utama dari vaginismus. Kondisi ini terjadi ketika otot vagina kejang dan mengalami kontraksi saat ada penetrasi. Kondisi ini merupakan masalah seksual yang serius karena hubungan seksual menjadi tidak mungkin dilakukan.
Yang harus dilakukan: Lakukan pengobatan kombinasi yaitu terapi fisik dan psikologis.
- Vulvodynia
Ini adalah rasa sakit kronis di sekitar vulva. Penyebabnya bukanlah infeksi, tapi pemicunya yang pasti tidak diketahui, kemungkinan ada hubungannya dengan hormon, peradangan atau masalah saraf seperti cedera atau peningkatan kepadatan saraf di vulva.
Vulvodyna akan membuat vulva terasa sakit seperti ditusuk-tusuk yang datang dan pergi, atau sensasi rasa terbakar dan gatal-gatal.
Kondisi ini bisa dialami siapa saja, tapi kegiatan olahraga, hubungan seks atau mengenakan pakaian yang terlalu ketat biasanya memicu vulvodynia. Sebagian besar wanita salah mengenali nyeri di area vulva dengan vestibulitis Syndrome (VVS), yaitu rasa sakit pada mulut vagina.
Yang harus dilakukan:
Periksakan ke dokter. Dokter akan mencari tahu apakah ada infeksi atau tidak. Lakukan pencegahan dengan tidak memakai pakaian ketat atau tidak duduk terlalu lama. Selain itu, ada gel dingin yang dapat diaplikasikan untuk meringankan rasa sakit atau bius lokal dari dokter.
- Trichomoniasis
Termasuk dalam penyakit menular seksual, kondisi ini disebabkan oleh organisme kecil yang disebut trichomonas vaginalis. Penyakit ini ditandai dengan adanya busa, cairan kuning dan iritasi vagina. Namun bisa saja Anda tidak mengalami gejala apapun.
Yang harus dilakukan: Periksakan ke dokter untuk mengecek apakah dalam cairan vagina ada parasit atau tidak. Penyakit ini dapat sembuh dengan obat antibiotik - obat ini juga harus dikonsumsi pasangan Anda. Selama pengobatan, usahakan tidak berhubungan seksual.
- Bacterial vaginosis (BV)
Infeksi ini disebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebih dan mengubah komposisi bakteri normal dalam vagina. Memiliki pasangan seksual lebih dari satu mungkin menjadi penyebabnya. Gejala yang mungkin terjadi antara lain cairan abu-abu berbau amis.
Yang harus dilakukan:
Periksakan ke dokter untuk memastikan jenis infeksinya. Walaupun BV tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya, dokter biasanya akan memberikan antibiotik. Jika tidak ditangani, BV akan membuat penderitanya rentan terhadap infeksi lainnya, termasuk HIV. Pada ibu hamil, BV bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur.
- Benjolan
Merasa ada benjolan di vagina? Salah satu penyebabnya adalah rambut yang akan tumbuh. Kondisi ini disebut kista bartholin. Vagina memiliki 2 kelenjar bartholin yang bertugas untuk mengeluarkan cairan pelumas, namun kelenjar ini juga bisa menghambat dan membengkak sehingga dapat menimbulkan infeksi. Hal serupa juga bisa terjadi di kelenjar internal vagina yang disebut kelenjar Skene.
Yang harus dilakukan:
Jika rambut-rambut halus yang belum tumbuh penyebabnya, lakukan kompres hangat. Jika tetap membesar dan timbul sakit serta memerah, segera ke dokter untuk mengtahui apakah ada infeksi atau tidak. Jika terbukti ada infeksi pada bartholin atau Skene, biasanya perlu dilakukan pembedahan.
- Vulva Varises
Ini hampir sama dengan varises di betis, tetapi ini di dalam labia dan sekitarnya. Kondisi ini ditandai dengan tekanan atau rasa tidak nyaman serta ada tonjoloan kebiru-biruan.
Varises vulva umumnya ini diderita pada masa kehamilan, terutama pada kehamilan kedua. Beratnya rahim ditambah dengan peningkatan volume darah akan membuat gumpalan di pembuluh darah. Penyakit ini akan menjadi buruk jika Anda berdiri terlalu lama.
Yang harus dilakukan:
Jika Anda sedang hamil, istirahatkan kaki dan cobalah rileks. Olahraga juga akan memperingan gejala. Jika Anda sedang tidak hamil atau penyakit ini tetap berlanjut sampai setelah melahirkan, periksakan ke dokter.
(Muthia Zulfa/kompas.com)