Find Us On Social Media :

Yuk, Mulai Tinggalkan Pola Asuh Suka Mengancam Anak!

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 4 November 2015 | 10:30 WIB

Yuk, Mulai Tinggalkan Pola Asuh Suka Mengancam Anak!

Intisari-Online.com - Alih-alih membuatnya nurut dan disiplin, mengancam anak justru akan membuat menjadi penakut, minder, peragu, dan kadang memiliki kepercayaan diri rendah. Sudah saatnya kita, para orangtua, mulai meninggalkan pola asuh suka mengancam anak.

Tak pelak lagi, pola asuh suka mengancam dan menakut-nakuti masih sering dilakukan orangtua. Menurut psikolog dari Universitas Tarumanegara, Naomi Soetikno, M.Pd, Psi, kebiasaan itu sudah tidak relevan lagi. Kuno.

“Sejak dulu kita biasa diancam. Banyak orangtua yang menganggap pola pendidikan reward and punishment adalah yang terbaik. Tetapi kini pendekatan seperti itu sudah mulai ditinggalkan,” ujar Naomi dalam acara di Jakarta, Senin (2/10).

Seperti disinggung di awal, anak yang sering diancam cenderung akan tumbuh menjadi sosok yang penakut, peragu, dan berkepercayaan diri rendah. Usia 2-12 tahun adalah periode yang paling menentukan pada perkembangan aspek emosional anak. Masa ini adalah masa pembentukan ego dan self-esteem.

“Anak menyerap banyak informasi tetapi belum punya keterampilan untuk menata atau memilih pengalaman itu. Sehingga semua terekam, termasuk yang negatif,” terang Naomi. “Saat ini pola asuh yang banyak dipakai adalah positif psikologi. Jadi lebih banyak memberikan komentar-komentar positif dalam berbagai situasi.”

Meski demekian, Naomi mengakui bahwa memberi komentar positif pada anak bukan sesuatu yang mudah. Diperlukan latihan dan kebiasaan yang sifatnya terus menerus.

Naomi juga menyarankan orangtua agar memperbanyak jam kebersamaan dengan si anak. “Pas lihat kamar anak berantakan, dari pada teriak-teriak menyuruh anak membereskan, lebih baik ajak anak membereskannya bersama-sama,” katanya.

Selesai mengerjakan, beri anak apresiasi, beri anak penjelasan ikhwan sebab dan akibatnya. Misalnya, setelah kamar bersih dan rapi, sampaikan bahwa kalau sudah bersih kamar jadi lebih terang sehingga membaca pun lebih enak. Jangan terlalu sering memberikan hadiah kepada si anak karena perilaku positifnya. Tekankan bahwa tidak setiap perbuatan baik harus mendapatkan hadiah.