Penulis
Intisari-Online.com -Di banyak kasus pembunuhan, kita kerap menyebut pembunuhnya sebagai seorang psikopat. Rian dari Jombang misalnya, atau James Holmes si pelaku penembakan di bioskop Colorado, Amerika Serikat; mereka kerap disebut sebagai seorang psikopat karena kekenjiannya. Pertanyaannya: bagaimana sejatinya isi otak seorang psikopat?Secara harafiah, psikopat berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche atau jiwa dan pathos atau sakit. Sakit jiwa tidak sama dengan gila karena kalau gila, dia tidak sadar atas apa yang dilakukannya. Seorang psikopat sadar atas perbuatannya. Gejala psikopat disebut psikopati. Untuk mendiagnosa apakah seseorang benar adalah psikopat atau bukan, butuh evaluasi yang ketat dan menyeluruh. Ada tujuh tahap pemeriksaan termasuk 20 checklist psikopati Hare yang harus dijalankan. Hare adalah nama belakang dari Robert D. Hare, Bapak Psikopati Dunia, seorang ahli psikopati dari British Columbia University yang meneliti dunia para psikopat selama 25 tahun. Menurut penelitian, hanya 15-20 persen psikopat yang melakukan tindak kriminal. Isi benak psikopatSecara fisik, tidak ada perbedaan antara psikopat dengan nonpsikopat. Ciri paling nyata psikopat terlihat dari reaksi emosionalnya atas satu kejadian. Seorang psikopat, kurang atau bahkan tidak memiliki reaksi emosi seperti takut, sedih atau tertekan. Menurut Hare, selain kurang memiliki emosi, seorang psikopat juga seringkali bersifat manipulatif. Mereka bisa berpenampilan, bersikap, dan bertuturkata sangat menyenangkan. Selain itu, mereka juga sangat egosentris, namun punya kemampuan analisa dan kecerdasan di atas rata-rata. Mungkin hal ini disebabkan karena mereka tidak melibatkan perasaan ketika menilai sesuatu. Psikopat yang kriminal, hampir seluruhnya tercatat pernah berbuat keji di masa lalu. Awalnya pada hal-hal yang dianggap remeh, misalnya binatang. Setelah itu, meningkat menjadi menyakiti manusia. Catatan FBI mengatakan, 100 persen pembunuh serial yang mereka tangkap punya sejarah kelam sebagai penyiksa hewan di masa kecil atau remaja. Rata-rata pembunuh serial adalah seorang psikopat, tapi tidak semua psikopat jadi pelaku kekerasan atau pembunuh baik tunggal maupun serial.Jika kita menepukkan tangan di belakang telinga seseorang, orang itu akan kaget. Mungkin, bahkan saking kagetnya, tangannya akan berkeringat. Hal ini tidak akan terjadi pada seorang psikopat. Reaksi yang kita terima akan datar. Seorang psikopat, sangat jarang mengalami tangan berkeringat karena stres, takut, atau grogi. Sekarang bayangkan, jika kita tidak pernah takut, marah atau sedih, bagaimana kita bisa berempati pada kemarahan, ketakutan dan kesedihan orang lain?Bukan emosi spontanChristian Keysers Ph.D., kepala laboratorium Netherlands Institute for Neuroscience dan tim mengadakan penelitian selama dua dekade untuk membuktikan, apakah memang benar psikopat tidak memiliki empati. Dan hasilnya, bahwa aktivasi motorik, somatosensori, dan daerah otak yang mengatur emosi, jauh lebih rendah pada pasien dengan psikopati dibandingkan subjek normal. Sampai di sini, teori yang menyebutkan bahwa psikopat kurang atau tidak punya emosi, nampaknya benar.Bagi kebanyakan kita, rasa empati adalah sesuatu yang otomatis muncul ketika melihat kesedihan atau ketidakadilan. Tidak demikian dengan cara kerja otak psikopat. Jika mereka ingin, mereka dapat berempati. Ini juga menjelaskan bagaimana mereka bisa begitu menawan sekaligus begitu manipulatif.Dan sepertinya, individu dengan psikopati memiliki pola kerja otak yang berbeda. Tombol otomatis yang menyalakan reaksi empati mereka nampaknya mati. Masih banyak yang perlu dipahami tentang mengapa dan bagaimana individu dengan psikopati memiliki potensi untuk berempati tapi potensi ini bisa mati secara tiba-tiba.(Kompas.com)