Find Us On Social Media :

Suka Berbohong Terus-menerus? Hati-hati Mithomania! (1)

By Tika Anggreni Purba, Jumat, 19 Februari 2016 | 12:00 WIB

Suka Berbohong Terus-menerus? Hati-hati Mithomania! (1)

Intisari-Online.com – Anda atau orang di sekitar Anda suka berbohong? Bisa jadi Anda terkena penyakit psikologis Mithomania. Mithomania adalah gangguan yang membuat penderitanya berbohong tanpa sadar tanpa tujuan untuk menipu.

Dalam ilmu psikologi, istilah mithomania diberikan kepada orang yang sering berbohong dan menganggap kebohongan yang dilakukannya adalah nyata. Ini tentu berbeda dengan kebohongan biasa, karena penderita tidak sadar ia tengah berbohong karena ia menceritakan khayalan yang ada di kepalanya saja.

Orang seperti ini tidak merasa berbohong itu adalah sebuah kesalahan dan berefek buruk bagi dirinya dan orang lain. Baginya, yang penting orang lain mendengarkan dan mengakui cerita yang dibuat-buat olehnya. Ia bahkan tidak merasa bersalah dengan kebohongan itu, karena ‘kebohongannya’ merupakan caranya untuk lari dari kenyataan yang ditolaknya.

Asal muasal gangguan ini adalah kegagalan-kegagalan yang tidak dapat ditanggung oleh orang tersebut. Dirinya terlalu lemah untuk menerima kejatuhan dan kegagalan. Kegagalan keluarga, studi, pekerjaan, asmara, dan masalah hidup lainnya menjadi penyebab gangguan ini. Mithomania adalah caranya untuk melarikan diri dari kenyataan sebenarnya.

Semakin orang lain percaya dengan kebohongannya, ia merasa lega karena ‘kenyataan’ yang sulit diterimanya itu terasa berkurang. Mithomania sering pula disebut pembohong patologis, ia memang cenderung terdorong dan terbiasa untuk berbohong.

Namanya juga berbohong. Kebohongan yang satu akan menghasilkan kebohongan-kebohongan lainnya. Ketika ketahuan bisa repot urusannya. Kita akan salah tingkah dan malu jika ketahuan berbohong. Tapi berbeda dengan seorang mithomania, ia memang pembohong ulung yang dapat memutarbalikkan cerita hingga akhirnya kita percaya kepada kebohongannya yang lain. Ia sangat lihai membuat kita terkesan dan percaya pada cerita positifnya.

Buruknya, kebohongannya itu berakibat tidak baik bagi orang yang dibohongi. Cerita-cerita bohongnya malah mengganggu kepercayaan dan keyakinan pribadi kita. Bahkan keteguhan kita bisa goyah dan mempercayai cerita baru yang dikarangnya.

Ketika kita sadar bahwa kita telah dibohongi dan mengonfrontasinya, ia akan mengelak dengan kemarahan. Lalu akan mulai berbohong lagi, dan memanipulasi cerita lagi. Semakin ia tersudut, ia akan mulai cerita berbelit-belit dengan cerita baru alias ngeles. Semakin ia sadar ia berbohong, ia akan semakin menjadi-jadi.

Simak penjelasan mengenai ciri-ciri mithomania di artikel selanjutnya.