Find Us On Social Media :

Mengendalikan Air Mata Meski Sedang dalam Kondisi Penuh Emosi

By Ade Sulaeman, Minggu, 20 Maret 2016 | 11:30 WIB

Mengendalikan Air Mata Meski Sedang dalam Kondisi Penuh Emosi

Intisari-Online.com - Anda tak ingin menangis tapi air mata sudah menggenang di pelupuk. Begitu Anda berkedip, turunlah air mata yang selama ini Anda tahan.

Menangis itu penting dan menyehatkan, dan perlu dilakukan tanpa harus menjadi cengeng.

Namun, yang lebih penting untuk diketahui adalah, situasi atau pembicaraan yang sulit dan menguras emosi bukan jaminan yang menjadikan seseorang bisa menangis, kata psikolog klinis Steve Orma, Psy.D.

Seringkali, tangisan berasal dari apa yang psikolog sebut "catastrophizing" atau anggapan bahwa sesuatu lebih buruk dari kenyataannya. Artinya, kadang tangisan itu karena kita over-reaksi, tapi kadang juga tidak.

"Reaksi emosi kita datang dari bagaimana kita memaknai situasi bukan dari situasi itu sendiri," kata Orma.

Menangis adalah ekspresi dari rasa takut kehilangan. Jadi, ketika Anda menangis karena pasangan Anda mengatakan dia marah, Anda mungkin akan menangis karena menafsirkan kemarahannya sebagai arti Anda bisa kehilangan dia.

Stres terpendam serta ketidakstabilan hormon juga dapat berkontribusi untuk keluarnya air mata, kata Gayani DeSilva, M.D, psikiater di Rumah Sakit St. Joseph di California.

Jadi bagaimana Anda menahan air mata dan menjaga interpretasi selama menghadapi percakapan atau kondisi yang berat? Orma merekomendasikan Anda ambil napas dalam-dalam untuk menenangkan saraf Anda, dan mengatakan kepada diri sendiri bahwa Anda akan tetap tenang, katanya.

Misalnya, jika Anda panik karena bos meminta Anda untuk rapat, ingatkan pada diri Anda bahwa Anda sudah bekerja baik selama ini dan tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Kemudian, ketika Anda duduk terjebak di dalam pembicaraan yang tidak nyaman, fokuslah kepada apa yang dikatakan orang lain, bukan pada apa yang berputar di kepala Anda. Jangan biarkan pikiran Anda mengembara dari interaksi ini.

Jika ketakutan atau kekhawatiran mulai muncul, ajukan pertanyaan untuk membantu meringankan mereka, dan pastikan Anda memahami apa yang orang lain katakan.

"Jika Anda fokus pada fakta-fakta, reaksi emosional Anda akan selaras dengan kenyataan," kata Orma. Dan jika Anda tetap ingin menangis, pamitlah ke luar ruangan dan menangislah.

(Lily Turangan/kompas.com)