Penulis
Intisari-Online.com – Kisah tentang robot lengan I Wayan Sumardana (Tawan) memicu pertanyaan tentang benarkah lengan yang lumpuh akibat stroke dapat kembali digerakan melalui robot tangan seperti yang diciptakan Tawan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita akan merujuk pemaparan Dr. Fritz Sumantri Usman Sr, SpS, FINS, seorang ahli saraf dan juga ahli saraf intervensi, di kompas.com.
Fritz menyatakan apa yang dilakukan Tawan bukanlah hal yang mustahil. Pernyataan tersebut didasarkan pada teori gelombang Mu yang berkaitan dengan aktivitas motorik atau gerak.
Merujuk pada sejumlah jurnal kedokteran, Fritz menemukan bahwa memang hanya gelombang Mu yang dapat diubah menjadi kinetik atau gerak. Tidak seperti gelombang Alfa, Beta, Teta ataupun Delta.
“Jika gelombang Mu itu dikumpulkan, diperbesar, gelombang itu bisa digunakan sebagai pusat tenaga. Setelah diolah sirkuit elektronik tertentu, alat itu menstimulus otot-otot di lengan supaya bisa bergerak,” tutur Fritz.
Namun, meski sudah dilengkapi alat, tidak semua orang dapat menggunakan perangkat penggerak seperti robot tangan Tawan. Hal ini disebabkan tidak semua orang dapat mengaktifkan gelombang Mu.
Gelombang yang dapat ditangkap oleh elektroda di kepala dan Electricencephalography (EEG) tersebut biasanya hanya muncul dalam kondisi rileks.
Kembali kepada alat yang dibuat Tawan, Fritz melihat alat yang dikenakan di kepala Tawan masih kurang mampu menangkap gelombang Mu.
Permasalahannya adalah letak alat penangkap sinyal Tawan yang berada di bagian depan kepala, bukan di bagian puncak yang merupakan titik terbanyak gelombang Mu selain di sekitar telinga.
“Mungkin dia (Tawan) sudah terlatih bisa mengaktifkan gelombang Mu. Makanya dia bilang itu alat cuma bisa dipakai dia sendri. Secara logika memang gelombang Mu tidak bisa timbul seketika pada semua orang,” jelas Fritz.
Terkait banyaknya pertanyaan mengenai gerakan tangan Tawan yang dinilai terlalu halus, Fritz melihat bahwa sebenarnya itu dimungkinkan jika kelumpuhan yang dialami Tawan hanya sebagian alias tidak total.
Fritz mengungkapkan, di dunia juga sudah dilakukan penelitian serupa. Di luar negeri, sudah dikembangkan terapi robotik untuk membantu pemulihan pasien stroke.