Find Us On Social Media :

Jihadis Asing Suriah, dari Mana Saja Asal Mereka?

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 2 September 2014 | 19:30 WIB

Jihadis Asing Suriah, dari Mana Saja Asal Mereka?

Intisari-Online.com - Video pemenggalan wartawan Amerika Serikat, James Foley, oleh tentara ISIS menjadi salah satu video paling populer akhir-akhir ini. Dalam video pemenggalan itu, si pemenggal tampak menggunakan aksen Inggris fasih; ini memunculkan kecurigaan tentang beberapa warga negara Inggris dan Amerika Serikat yang beragama Islam yang berjuang di Suriah—sebagai jihadis asing Suriah. Menarik dikorek, dari mana saja asal jihadis asing Suriah itu?

CNN menghimpun pernyataan resmi 25 negara yang warganya menjadi jihadis di Suriah, meski beberapa di antaranya sudah kembali. CNN mencatat, setidaknya ada 11 ribu jihadis asing di Suriah. Sebagian besar disumbangkan negara dengan populasi muslim besar. Meski demikian, ada beberapa negara dengan jumlah muslim kecil yang “mengirimkan” warganegaranya untuk berperang.

Finlandia dan Irlandia, misalnya. Keduanya memiliki jumlah per kapita tertinggi “pengiriman” jihadis ke Suriah; hampir 1/1.400 penduduk muslim di kedua negara tersebut menjadi jihadis di Suriah.

Rekor jumlah muslim terbesar dalam satu negara masih dipegang oleh negara asal Asia Tenggara, Indonesia. Jumlahnya berkisar 200 juta orang. Meski demikian, bukan berarti Indonesia menyumbang jihadis asing Suriah terbesar, justru salah satu yang paling kecil. Bahkan negara rawan konflik seperti Turki dan Aljazair juga mengirimkan sedikit jihadis dibanding negara-negara Timur Tengah lainnya.

Sementara negara-negara dengan jumlah muslim besar lainnya seperti India, Bangladesh, dan Pakistan, belum memberi konfirmasi perihal ada-tidaknya warga negara mereka yang berjihad ke Suriah. Inggris dan Prancis memiliki presentase sebanding: 1:6 ribu muslim di Inggris dan 1:6,7 ribu muslim di Prancis. Belanda, 1:7,7 ribu muslim; AS, kurang lebih 1:25 ribu muslim yang pergi ke Suriah untuk berjihad.

Cukup mengherankan, jihadis asing Suriah beberapa di antaranya justru berasal dari negara dengan jumlah muslim sedikit—dan terkenal sebagai negara yang damai—seperti Irlandia dan Finlandia.