Penulis
Intisari-Online.com - Kembali kalahnya Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dari Koalisi Merah Putih (KMP) di parlemen mencuatkan kegagalan Megawati untuk berkoalisi sebagai penyebabnya. Sikap sang Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut ditenggarai dapat mengancam Nawa Cita Jokowi-JK.
KIH pada akhirnya hanya mampu mengungguli KMP pada pemilihan Presiden RI yang dimenangkan oleh pasangan Jokowi-JK yang mereka usung. Sementara di parlemen, mereka harus rela kalah dalam pengesahan Undang-Undang Pilkada dan Undang-undang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) serta pemilihan paket pimpinan DPR dan MPR.
“Baru babak awal membangun pertahanan, Megawati sudah kalah menempatkan satu pun kader terbaik dalam parlemen, baik DPR maupun MPR,” tutur Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus, Rabu (8/10/2014).
Berada di pucuk pimpinan PDI Perjuangan sekaligus KIH, Megawati, menurut Petrus, memiliki peranan yang sama pentingnya dengan Prabowo Subianto di Gerindra dan KMP.
Dalam komunikasi politik, pilihan Megawati untuk mengutus orang lain untuk bertemu para pimpinan partai dari KMP dan Partai Demokrat menjadi sebuah yang menyebabkan kegagalan Megawati dalam berkoalisi, yang berujung pada terancamnya Nawa Cita Jokowi-JK.
“Publik tidak boleh berharap banyak dari visi misi Nawa Cita Jokowi-JK karena kegagalan-kegagalan akibat dari sikap Megawati yang salah menata kelola partai koalisi,” tutur Petrus.
Justru, dalam pandangan Petrus, Mega seharusnya “turun gunung” untuk menunjukkan kerendahan hatinya untuk mau bekerja sama dengan pimpinan partai di luar KIH.Mengutus orang lain, lanjut Petrus, dapat dianggap sebagai sebuah sikap yang tidak mencerminkan dirinya sebagai negarawan.
Besarnya peranan parlemen, yang kini dikuasasi pihak oposisi, dalam terlaksananya program-program pemerintah bisa menjadi batu sandungan dari kinerja pasangan Jokowi-JK. Ujung-ujungnya, kata dia, lobi politik yang rentan akan praktik korupsi bisa terjadi.
Semoga kegagalan Megawati dalam berkoalisi tidak benar-benar mengancam Nawa Cita Jokowi-JK, sehingga rakyat tidak terkena dampak buruk kisruh para pemimpin bangsa. (kompas.com)