Intisari-Online.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp2.000 per liter mulai Selasa (18/11). Meski menuai banyak protes, kenaikan BBM bersubsidi dirasa memang perlu dilakukan. Setidaknya jika merunut pada 10 alasan harga BBM bersubsidi harus naik versi Katadata.
“Pemerintah perlu segera menyusun rencana (roadmap) yang jelas untuk mengurangi subsidi BBM secara bertahap guna mengakhiri era BBM murah,” tulis Katadata yang diwakili Research Director Katadata Heri Susanto dan Managing Director Katadata Ade Wahyudi dalam Press Briefing bertajuk “Arah Kebijakan Subsidi BBM Pemerintahan Baru” di Warung Daun, Cikini, Jakarta (13/11/2014).
Berdasarkan riset yang dilakukan Katadata, terdapat 10 alasan harga BBM bersubsidi harus naik versi Katadata. Berikut lima di antaranya:
1. Indonesia terlalu boros dalam hal subsidi BBM, bahkan menempati urutan ketiga di dunia di bawah Pakistan dan Bangladesh.
2. Terjadi defisit perdagangan migas dan defisit neraca pembayaran akibat melonjaknya impor minyak yang dilakukan Indonesia. Kondisi tersebut pada akhirnya mendorong nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terus melemah.
3. Alasan harga BBM bersubsidi harus naik versi Katadata berikutnya merunut pada data tahun 2013 yang menunjukkan sebagian besar subsidi BBM, 53 persen, digunakan untuk mobil pribadi yang pada dasarnya merupakan golongan mampu.
4. Indonesia bukan (lagi) negara kaya minyak. Dengan cadangan minyak yang tersisa hanya 3,7 miliar barel (2013) sementara produksi rata-ratanya sekitar 800 ribu barel per hari, cadangan minyak Indonesia hanya cukup untuk 12 tahun.
5. Jumlah produksi yang menurun dan jumlah konsumsi minyak yang melonjak menyebabkan Indonesia bukan lagi kelompok negara net exporter minyak, melainkan negara net importer minyak.
Itulah lima dari 10 alasan harga BBM bersubsidi harus naik versi Katadata.